Minggu, 18 Januari 2009

Hartono Ahmad Jaiz (Ada Permutadan di IAIN)

Ada apa dengan IAIN (UIN ? Ada apa dengan Hartono Ahmad Jaiz yang menggunakan gambar gedung rektorat kampus UIN Jakarta sebagai cover buku "sampah" ini ?. Benarkah IAIN (UIN) adalah kampus murtad, telah terjadi pemurtadan secara sistematis dan terencana. Kampus sesat yang menyesatkan anak muda Islam yang belajar dan at-taffaquh fil-din, menggali agama dan kehidupan. Apakah benar Hartono Ahmad Jaiz ingin menghancurkan dan meruntuhkan UIN ( Universitas Islam Negeri ) Jakarta sebagai institusi yang absah ?. Apakah beliau paling berhak menjadi "juru selamat" manusia dan menjadi hakim yang memutuskan, memberikan label murtad bagi individu dan lembaga seperti IAIN. Sungguh "suci dan mulia" seseorang yang bernama Hartono Ahmad Jaiz layaknya Nabi Muhammad SAW atau Isa Putra Maryam. Ataukah sebaliknya, seperti De Fuhrer Adolf Hitler, menjadi raja bengis dari segala raja umat manusia. ( Lihat: Film Adolf Hitler, The Rise of Evil).

Ada Pemurtadan di IAIN, sebuah buku provokatif, vulgar bagi umat Islam dan norak gitu lho, meminjam ucapan Abdul Moqsith Ghazali, salah satu pembicara bedah buku Nasional, Ada Pemurtadan di IAIN di Kampus UIN Jakarta. Label kafir, zindiq, murtad adalah senjata pamungkas untuk menghukumi umat Islam khususnya kaum muda yang berpikir kritis, "bertengkar dengan Islam", nyeleneh meminjam ucapan kelompok Islam Fundamentalis, anti-kemapanan, mencari titik kebenaran The Ultimate Realtiy yang tak terbatas oleh ruang dan waktu layaknya Alm. Ahmad Wahib lewat Catatan Hariannya, Pergolakan Pemikiran Islam. "Pertengkaran dengan Islam" yang selalu mengandaikan keseimbangan antara membaca, merenung dan mengamati. Dengan demikianlah manusia akan mampu membentuk pendapat sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang atau memilih salah satu di antara pendapat yang berbeda (Wahib: 1981, 280).
Sebuah pertengkaran dengan Islam adalah kesediaan membuka diri terhadap masa kini dan masa lalu yang merupakan akar memahami masa depan umat Islam di Indonesia. Menyadari bahwa keberadaan umat Islam selalu berada dalam lingkungan sosial tertentu dan juga melibatkan sifat kemanusiaan, maka pemahaman umat Islam terhadap Islam hanyalah sebatas penafsiran. Artinya kita tidak berhak mengklaim bahwa pemahaman kita sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Tuhan. Maka sangat tidak mungkin menyeragamkan pemahaman masing-masing individu. Kenyataan seperti ini juga disadari sepenuhnya oleh para pemikir Islam kontemporer seperti Arkoun, Nasr Hamid Abu Zaid, Hasan Hanafi, Abdul Karim Soroush, dan lain-lain. Akibat langsung dari pemahaman seperti ini adalah musykil beranggapan bahwa mesti ada satu pemahaman yang paling "benar" dibanding pemahaman yang lain, kafir, zindiq dan murtad. Sehingga beranggapan bahwa ada pemahaman yang paling benar adalah tindak sewenang-wenang dan ketaksediaan membuka diri terhadap warisan Islam masa lalu––meskipun rapuh–– dan kenyataan Islam masa kini yang mengikat umat Islam. Salah satu proses pertengkaran dengan Islam adalah tulisan koordinator JIL ( Jaringan Islam Liberal ) Ulil Abshar Abdalla yang berjudul, Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam, November 2002 di Harian Kompas. Sejarah mencatat, Sabtu,16 April 2005, di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di gelar peristiwa yang panas dan "mencekam", bedah buku nasional, Ada Pemurtadan di IAIN. Acara yang semula di selenggarakan menjadi ajang "pertanggungjawaban" penulis yakni Hartono Ahmad Jaiz kepada publik UIN Jakarta secara keseluruhan. Massa membludak luar biasa, gedung Theater Lt.IV Ushuluddin yang tadinya di gunakan untuk bedah buku tidak mungkin di gunakan, akhirnya dipindah ke Masjid Al-Jami'ah Student Center UIN Jakarta. Sungguh luar biasa dalam sejarah diskusi, bedah buku ataupun seminar yang pernah terjadi di UIN Jakarta yaitu Debat Publik tentang FLA (Fiqih Lintas Agama ) Massa yang membludak, menjadikan Masjid Suci itu terasa "membara dan membakar ". Informasi yang berkembang kepada publik sebelum acara bedah buku Nasional, Ada Pemurtadan di IAIN ini berlangsung adalah acara Debat Terbuka antara kelompok Islam Liberal melawan Islam Fundamental. Benarkah ada sabotase dan informasi sepihak dalam acara ini yang mngundang publik secara massif !. Yang pasti, buku Ada Pemurtadan di IAIN Hartono Ahmad Jaiz itu mengundang kepada publik untuk " bertengkar dengan sesama". Slogan dan Jargon, atas nama ayat- ayat Al-Qur'an dan Hadist adalah segalanya, inilah ciri-ciri kelompok Wahabi di manapun berada. Di bawah bendera Al-Qur'an dan Hadist, manusia tak berkutik. Masjid Al-Jami'ah menjadi saksi mata, teriakan Allahu Akbar dan tepuk tangan yang menggema, memekakkan telinga dan jiwa seperti akan terjadi perang. Teriakan Allahu Akbar, seakan menjadi pisau yang akan "menggorok" setiap leher yang berbeda, membangkitkan emosi massa dan memanaskan suasana rumah Allah. Teriakan Allahu Akbar di gunakan untuk tidak menghargai perbedaan pendapat dalam berdebat, ungkap Koordinator JIL,( Jaringan Islam Liberal) Ulil Abshar Abdalla. Sedangkan tepuk tangan adalah cara yang di gunakan iblis laknatulah, tepuk tangan tidak di perbolehkan di dalam Masjid teriak Muhammad At-Tamimi, alumni Timur Tengah, salah satu pembicara bedah buku, Ada Pemurtadan di IAIN. Berbagai "penyataan panas" dari sang ikon Jaringan Islam Liberal Indonesia, Ulil Abshar Abdalla dan Abdul Moqsith Ghazali tentang tidak ada hukum Tuhan, masalah kawin bedah agama serta lainnya di sambut sebagaian massa yang pro-Hartono Ahmad Jaiz dan At-Tamimi dengan ucapan Astaqfirullah dan subhanallah.

Ajang diskusi yang takkan pernah selesai dan berakhir sepanjang sejarah umat Islam dari dulu sampai sekarang. Bertarung dan berkelahi dengan sesama atas nama Tuhan, murtad. Dalam buku, Ada Pemurtadan di IAIN, Hartono Ahmad Jaiz mengatakan "bahwa gejala sesat menyesatkan lewat jalur sistematis yaitu perguruan tinggi Agama Islam Se-Indonesia sudah terdengar lama di masyarakat. Hanya saja selama ini belum ada tulisan yang sistematis mengemukakan bukti-bukti kongkrit. Maka dalam hal itu menegakkan kalimatullah hiyal `ulya, kami memberanikan diri untuk menyampaikan gejala-gejala yang kami lihat secara lahiriyah maupun kami baca. Kemudian kami kemukakan kepada masyarakat dalam buku yang berjudul, Ada Pemurtadan di IAIN". Bahkan banyak pertimbangan dalam menulis buku itu, ungkap Hartono sebagaimana dalam kata pengantar buku, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia. Yakni rasa risih dan ewuh pakewuh yang mendominasi untuk penyebutan nama, individu atau lembaga absah seperti IAIN (UIN), STAIN dan lainnya dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar. Mohon maaf bila hal ini terjadi, begitu penulis berkata. Pertanyaan kita, apakah semudah itu individu dan lembaga yang sudah "di cemarkan dan dihancurkan " nama baiknya dengan label dan sebutan kafir, zindiq dan murtad dalam buku yang "tidak ilmiah dan non-akademis" itu, misalnya cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid, Prof. DR. Quraish Shihab, DR. Zainun Kamal, Rektor UIN Jakarta Prof. DR. Azyumardi Azra, Prof. DR. Amin Abdullah, Abdul Munir Mulkhan, Zuhairi Misrawi dan masih banyak lagi. Apakah beliau-beliau akan memaafkan "kecerobohan dan kebodohan" penulis yang mungkin paling merasa " suci dan benar" itu ?. Layaknya kesucian 12 Imam ma'sum di kalangan Syi'ah. Ataukah beliau semua akan menuntut penulis di meja hijau, waktu dan sejarah yang akan menjawabnya. Buku setebal 224 halaman tersebut terdiri dari 16 bab dan berbagai lampiran tentang, ada pemurtadan di IAIN, tentang hermeneutika, infitrasi kristen, sejarah singkat IAIN, daftar pustaka serta lampiran buku-buku karya Hartono Ahmad Jaiz. Dalam buku ini dipaparkan, usulan pembubaran Departemen Agama, pengertian murtad, pembaharuan Nurcholish Madjid kearah paganisme, tentang pendidikan Islam yang di selewengkan dan sosok-sosok nyeleneh yang ada di UIN dan IAIN. Buku ini adalah hasil "pungutan" dari berita dan data, ungkap Ulil Abshar Abdalla, yang kebenarannya masih di perhitungkan. Dan salah satu buku ratusan buku"vulgar dan beracun" di negeri ini yang kehadirannya selain menambah koleksi dan dokementasi jargon-jargon kafir, murtad terhadap individu mapun lembaga. Juga sebagaai buku yang bisa " membunuh kretifitas kaum muda' untuk berpikir demi sebuah cita-cita Sokrates yakni keterbukaan. Sungguh buku yang terlalu sederhana tanpa perangkat ilmiah dan akademis, tanpa memperhitungkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia yang berpikir, bukan selalu "berdzikir".

Menurut hemat saya, materi dan isi buku Ada Pemurtadan di IAIN adalah "lagu-lagu lama", hanya sekedar kumpulan berita, data dan informasi yang cenderung salah seperti tentang Ulil Abshar Abdalla. Buku yang tidak ada nilai akademisnya dan tidak ilmiah bagi sebagain besar kaum intelektual negeri ini. Apakah layak buku itu kita gunakan sebagai rujukan dan marja' untuk memberikan dan memutuskan umat Islam dalam kategori kafir, zindiq ataupun murtad ?. Yang pasti, dari namanya saja, Hartono Ahmad Jaiz, Jaiz artinya boleh-boleh aja, mengikutinya boleh ya, boleh tidak, tidak mutlaq ungkap Koordinator JIL, Ulil Abshar Abdalla. Lagu-lagu lama itu adalah masalah kontroversi ajakan dzikir dengan lafal Anjing hu Akbar dan pernyataan selamat bergabung di area bebas Tuhan oleh mahasiswa senior ushuluddin dan filsafat IAIN Sunan Gunung Djati Bandung kepada para mahasiswa baru dalam acara ta'aruf September 2004 dan kasus FUUI-Forum Ulama Umat Islam ( Buku, Ada Pemurtadan di IAIN hlm..59 dan hlm. 63 ). Pernyataan Abdul Munir Mulkhan, Wakil Rektor IAIN ( UIN ) Jogjakarta / Petinggi Muhammadiyah : Surga Tuhan itu nanti dimungkinkan terdiri dari banyak "kamar" yang bisa dimasuki dengan beragam jalan atau agama.(Ajaran dan jalan Kematian Syekh Siti Jenar, hlm. 25 danBuku Ada Pemurtadan di IAIN hlm 78-79 ).
Masalah buku Alm. Harun Nasution berjudul, Islam di pandang dari berbagai Aspeknya, diperuntukkan para mahasiswa IAIN ada pernyataan: Agama monotheisme adalah Islam, Yahudi, Kristen ( Protestan dan Katolik ) hlm.115. Masalah pernikahan bedah agama, muslimah dan lelaki kristen di Hotel Kristal Pondok Indah Jakarta, Ahad 28 November 2004 ( hl.83 ). Tentang pernyataan Kautsar Azhari Noer, pengggema ajaran Ibnu Arabi dan pluralisme agama dalam pidato Debat Fiqih Lintas Agama ( FLA) di UIN Jakarta, 15 Januari 2004 ( hlm.85-86). Tentang Prof. DR. Nurcholish Madjid, pendiri Yayasan Parmadina Mulya, alumni Barat ( Chicago, US0A ) yang menikahkan anaknya Nadia dan lelaki Yahudi di Amerika, 30 September 2001 (hlm.36). Kemudian masalah dosen-dosen IAIN/UIN yang tergabung dalam tim penulis Paramadina Jakarta, menulis Buku Fiqih Lintas Agama, 2003 yang sangat merusak aqidah Islam dari tauhid diarahkan kepada kemusyrikan dengan istilah pluralisme agama, memutarbalikkan hukum Islam. Tim Penulis Paramadina itu adalah Nurcholish Madjid, Kautsar Azhari Noer, Komaruddin Hidayat, Masdar F. Mas'udi, Zainun Kamal, Zuhairi Misrawi, Budhy Munawar Rahman, Ahmad Gaus AF, Mun'im Sirry. Dan masih banyak tentang pernyataan individu seperti Intelektual Muda Islam, Ulil Abshar Abdalla, Komaruddin Hidayat, DR.Musdah Mulia, masalah Alumni UIN Jakarta Panji Gumilang pemimpin Pesantren Az-Zaytun dan lainnya.Benarkah yang dikatakan penulis, bahwa produk IAIN tak sesuai dengan kebutuhan Islam dan umat, alias murtad ?. Apakah benar karena faktor kebanyakan sajian materi alumni IAIN tidak sesuai standar Ilmu Islam, Al-Qur'an, As-Sunnah dan manhaj Salafus shalih?. Justru di IAIN di sajikan pemikiran-pemikiran dan sejarah budaya sebagai mata kuliah dasar, pengajarannya liar, yaitu di bebaskan berkomentar semua pikiran masing-masing. Apakah benar menurut penulis, bahwa ini bukan semata-mata kesalahan alumni IAIN, namun adalah kesalahan sistem pengajaran, kurikulum dan para dosennya. Karena sistem itu tampaknya di adopsi oleh alm. Harun Nasution dan Mukti Ali (Petinggi IAIN dan Departemen Agama masa lalu ) dari orientalis Barat, sedang para dosen pengajarnya pun sebagaian banyak asuhan orientalis di Universitas Barat. Tambahan lagi, ketika kesalahan sistem itu di domplengi kepentingan-kepentingan yang arahnya justru menyamakan semua agama alias pluralisme agama, tidak membedakan Islam yang beraqidah Tauhid dengan yang lain berkeyakinan kekufuran, di situlah letak pemurtadannya, ungkap penulis dalam makalah bedah buku.

Menurut saya, buku itu adalah sebuah buku "penghakiman dan kumpulan jargon" terhadap individu dan lembaga absah. Dan seharusnya penulis tidak menyederhanakan masalah murtad, kafir, zindiq, label pamungkas yang sangat sensitif terhadap nyawa umat Islam ?. Mungkin penulis harus lebih banyak belajar etika dan moral dalam dunia tulis-menulis, dan lebih banyak belajar lagi membaca kitab-kitab fiqih salafus shalih serta proses sistematika untuk " membunuh nyawa yang mulia Quraish Syihab" dan orang-orang murtad lainnya dalam buku itu, yang mana Khalifah Umar sendiri tidak pernah menyebutnya. Benarkah IAIN (UIN) = Murtad ?. Yang pasti penulis harus bertanggung jawab di depan Mahkamah Tuhan kelak.

Jika penulis, merasa paling benar dan suci sendiri, karena selalu istiqomah, berpegang dan berlindung di bawah bendera ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist, kita berdo'a semoga The Ultimate Reality, memasukan beliau ke dalam " taman surga Firdaus" tetapi sendirian tanpa seorang teman apalagi ditemani sang bidadari , putri dan artis yang cantik. Lebih baik masuk " lahar neraka jahanam" tanpa pertengkaran, clash of civilization, konflik kelas proletar dan borjuis, tanpa penghujatan antar sesama. Masuk bersama-sama di sana bersama keluarga, kekasih hati, sahabat, teman, saudara, sesama dan tentunya sang bidadari, putri, dayang, ditemani artis cantik seperti Angelina Jolie di bawah bendera Keadilan Ilahi dan keluarga Sang Nabi Yang Suci.

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

22 komentar:

  1. mantap,........... tapi, iyo sabana nyo bro nan mambuek go????? he he he he he...................masalahnyo, sarancak goha, badariak-dariak masuaknyo, Padiah cucuaknyo....barasiah tembaknyo.... baitulah kiro-kiro...

    Good luck

    BalasHapus
  2. menyedihkan..
    sampean menulis panjang lebar untuk membenarkan apa yang ada di kepala sampean, tapi tanpa hujjah syar'i satupun. jadi tampak jelas bahwa sampean tidak mengetahui apa-apa tentang islam.
    kebenaran dalam islam harus didukung dengan dalil dari al-qur'an dan hadist, bukan dari hasil pemikiran..

    BalasHapus
  3. alhamdulilah, masih ada orang yang peduli dengan saya.
    terimakasih banyak atas komentar dan kritikan sampean..
    tapi tak baik terlalu memfonis orang lain bgitu sangat.
    sampean benar, tapi jangan terlalu merasa benar..
    mgkin sampean sangat tahu dan paham tentang Islam, saya butuh belajar banyak dengan sampean.

    BalasHapus
  4. eh, elo alumni IAIN ya??? ga salah klo cara berfikir lo kyk gitu... mudah2an kalian smua anak2 kmpus IAIN diberi hidayah utk sgra kmbali ke jalan lurus .... jalan yg kau bilang "tidak ada yg benar" padahal kau buta..... btw, gw cuman mo bilang,,,, belajar agama (ISLAM) bukan bljar ilmu fisika atau ilmu marketing, bung .... memang benar dlm dunia ini, kita dihadapkan pada bnyak sudut pandang atau bersifat multidimensi, tapi dalam kajian agama.... harus mengacu kpda yg aslinya(ya di tanah ARAB).... jgn malah bljar ma org barat.... ikut2an pola pikir org barat.... padahal orang barat kagak tau pola pikir org2 arab..... sama aj elu nanya bntuk gajah ke orang buta yg kgk tau gajah..... wassalam deh .... gw bilangin kpd kalian yg baru melek dgn dunia ini.... trserah mo diikutin or tidak, tp yg pasti klo mo sesat, sesat aj noh sndiri,, smbil ng'aibon d pinggir empang sonoh .... klo kagak para binatang2 pnymbah anjing hu akbar kalian, kita bntai abis2an kyk om noordin tah yg ngaku2 dirinya ngrti bgt soal ISLAM ..... tenang aj koq, ga akan dibuat smpe ko'it... paling2 dipotong kaki aj, trus jadi umpan piaraanku .... ok coy ....

    BalasHapus
  5. makasih coiy.. atas pujian loe, gw seneng bgt dech...... hehe...

    malang niang nasib Islam, jika banyak umat Islam kayak loe, tp mudah2an hanya loe aja.

    BalasHapus
  6. Uda Chaniago....
    Musuh islam itu ado 2.....
    1. Orang kafir musuh nyata umat islam.
    2. Orang munafik musuh dalam selimut, mungguntiang dalam lipatan, lebih bahaya dari orang kafir yang akan jadi kerak neraka, neraka jahannam. Nah kaum munafik masuk kejahanam kudrad. Apakah mungkin Udak termasuk yang munafik?, malu kitu kaurang kampuang da, ingeklah ulama urang awak buya HAMKA, maningih inyo anak cucunyo manjadi urang munafik, liberal, sekuler. tobatlah mumpung musibah belum menimpa anda......Janganlah ikutan menjadil aktivis JIL (Jaringan Iblis Laknatullah).

    BalasHapus
  7. Uda Chaniago...

    Ambo sedih meliek udak jadi urang munafik....
    Urang minang nan rusak parah....sebaiknya anda pulang kampung saja bertani, itu lebih baik dan berkah, dari pada anda menghancurkan islam...masyaallah......

    BalasHapus
  8. Tq Uda Arisman. paralu uda tau; ambo ndak pernah mangaku ikut2an jadi antek2 JIL. berperang dalam pemikiran yg ilmiah itu hal yg biaso da,pemikiran kito sah2 sajo berbeda dgn orang lain, kito berhak mengkritik tulisan2 orang lain dengan kritikan yg ilmiah pulo. sedangkan sdr Hartono Ahmad Jaiz sajo ndak ado berang ka ambo do, bahkan mgkn beliau merasa bangga karano masih ado urang2 nan paduli jo karyanyo. ambo sarankan lebih baik uda baco baliak buku sdr Hartono A.J. (ada permutadan di IAIN) tu dan cubo pahami elok2 supaya uda jan kaliru.
    mudah2an stelah uda baco, uda sadar, apo ambo nan munafik atau uda?
    pemikiran boleh saja beda, tapi akidah tetap satu. menyembah-Nya dan berusaha utk menggapai keridhaan-Nya.

    sakali lai mokasih banyak atas nasehat dan doa2 uda, mudah2an uda termasuk orang yang objektif dalam memberi penilaian terhadap orang lain.

    kebenaran yg mutlak itu hanya ada pada al-Quran dan sunnah (mutlak), sementara kebenaran ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui penelitian2 dan eksperimen akan berubah kapan saja alias tidak mutlak.

    BalasHapus
  9. Chaniago,saya dukung pemikiran kamu..
    Orang bergaya mengeluarkan dalil2 alquran dan hadis. Padahal mereka tidak tau. Mending kaya kamu, ga perlu ngeluarin hadis dan quran tapi pikirannya alquran dan hadis. Maju Terus Chaniago.Saya dukung!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. katro super lo.....mana bisa mengaku benar tanpa mengikuti sumbernya...bener2 edan

      Hapus
  10. Menurut saya IAIN itu harus ganti nama atw rubah namanya menjadi IAILN (Institut Agama Islam Liberal Nasional) karena di sana sudah jarang di ajarkan tentang ajaran islam yang Hakiki..sementara kaum liberal berfikiran semua agama itu sama..

    BalasHapus
  11. kebenaran adlah kebenaran dan hanya Allah SWT yg maha tahu akan kebenaran, tetapi dalam memahami kebenaran itu sudah ada konsep atau manhaj nya tdk boleh kita memahami ayat ayat Nya sesuai dengan keinginan manusia, semua sudah ada tata caranya..sekulerisme, liberalisme atau apapun itu hal hal tersebut adalah produk zionis yang ditujukan hanya untuk memecah belah kaum muslimin, tapi tahukah anda apakah zionis juga menganut faham sekuleris ? TERNYATA TIDAK mereka menganggap taurat dan talmud sebagi hal yang tak terpisahkan dari hidup mereka sebagai yahudi...jadi siapa yang mengambil keuntungan terbesar dari perpecahan kaum muslimin...tidak lain dan tidak bukan adalah zionis....

    BalasHapus
  12. MasyaAllah. Jelas-jelas beliau ( Hartono Ahmad Jaiz ) mengemukakan dalil berupa ayat dan hadist secara jelas. Bukti yang dipaparkannya pun cukup valid dan mencantumkan waktu dan penerbitnya. Bahkan beliau mengakui bahwa karena segala kekurangannya sebagai manusia,mungkin saja bukunya ada banyak kesalahannya. Bahkan beliau juga memohon maaf dan memberi peluang sebesar-besarnya untuk pintu kritik jikalau ada yang salah. Terus terang saja,sebagai umat Islam,saya merasa sangat terusik dengan informasi yang diberikan oleh Ustad Ahmad Hartono Jaiz. Ternyata banyak sekali penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh para pembesar negeri kita ini,termasuk penghancuran akidah muslim. Do'a saya,semoga semua pihak berbenah diri. Kembalikan semua kepada Allah dan Rasulnya. Jangan pakai pikiran kalian sendiri dalam menafsirkan ayat dan mengikuti hawa nafsu kalian. Ingatlah bahwa syaitan senantiasa menggoda kita semua hingga akhir nafas kita. Daripada anda berkeluhkesah diblog ini,lebih baik anda langsung bertemu muka dengan Ustad Ahmad Hartono Jaiz. Silahkan dokumentasikan diskusi anda kalau perlu,siarkan di televisi nasional biar masyarakat tahu,hujjah manakah yang benar?

    BalasHapus
  13. Orang bodoh biasanya lebih ke reaktif ketimbang korektif, ilmu rendah tapi temperamen tinggi.

    BalasHapus
  14. Memang sekarang banyak orang2 dari kelompok tertentu dg ciri penampilan tertentu, suka dan gampang mengkafirkan dan membidahkan seseorang kelompok tokoh2 ato organisasi tertentu.
    Bayangin mereka tega mengatakan klo wali songo itu gak ada bhkan adanya tega mengatakan wLi songo igu hindu

    BalasHapus
  15. Pemikiran ini hanya di dukung oleh akal murni, bukan pada standart yang baku, mungkin secara nalar teks yang anda buat terkesan ilmiyah, namun hal ini tidak mendapat sebuah barometer yang pasti, kalau soal akal siapa yang memberikan jaminan bahwa hal ini mutlak, toh bila hanya berkutat pada dialog akal hanyalah bersifat relative, kalau agama ini semua relative, buat apa kita diberi kelebihan akal untuk berfikir mana yang hitam dan mana yang putih, mana yang bersih dan mana yang kotor, karena hitam dan putihpun relative.

    BalasHapus
  16. • Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu berkata:
    “Kalau sekiranya agama itu dari akal niscaya bagian bawah khuf1 lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya. Dan sungguh aku telah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap punggung (atas) khufnya.”
    (HR. Abu Dawud 162, Al-Baihaqi 1/292, Ad-Daruquthni 1/75, Ad-Darimi 1/181, Al-Baghawi 239, dan Ahmad 943&970. Dishahihkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah di dalam kitab At-Talkhis Al-Khabir 1/160)
    • Imam al-Ashbahani rahimahullah berkata,
    “Ketahuilah, sesungguhnya pemisah antara kita (Ahlus sunnah ) dengan ahli bid’ah adalah dalam masalah (mendudukkan) akal. Karena sesungguhnya mereka membangun agamanya di atas pemikiran akal, dan mereka menjadikan ittiba’ dan atsar harus mengikuti hasil pemikiran mereka. Adapun Ahlus Sunnah, maka mereka mengatakan : pondasi agama adalah ittiba’ sedangkan pemikiran itu mengikutinya. Sebab seandainya asas agama itu adalah pemikiran niscaya umat manusia tidak perlu bimbingan wahyu, tidak butuh kepada para nabi. Kalau memang seperti itu niscaya sia-sialah makna perintah dan larangan. Setiap ¬orang pun akan berbicara dengan seenaknya. Dan kalau seandainya agama itu memang dibangun di atas hasil pemikiran niscaya diperbolehkan bagi orang-orang beriman untuk tidak menerima ajaran apapun kecuali apabila pemikiran (logik¬a) mereka telah bisa menerimanya.” (lihat Da’a’im Minhaj an-Nubuwwah ,hal. 336)

    BalasHapus
  17. Semoga penulis dan kita semua diberikah hidayah, kembali ke jalan yang benar...


    “Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kalian (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu Lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. An-Nisa: 61)


    “Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian” (QS. An-Nisa: 59)

    Antum muslim kan? percaya Al Quran itu kalam Allah?

    Kalo Iya maka ikutilah dalil diatas.

    ustadz ana bilang kita sesama muslim hendaknya merangkul dan mengingatkan apabila ada saudara kita yang salah jalan..bukannya menghina sehingga orang itu berlari menjauh dan tetap dalam kesesatannya..

    Wallahua'lam Bisshawab

    BalasHapus