Minggu, 18 Januari 2009

Bimbingan Alquran Tentang Tata cara berdakwah kepada Non-Muslim

1. Q. S. Ali Imran ayat 64
Artinya : Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Penafsiran kata-kata sulit dalam ayat ini adalah :
Ahl al-Kitab : mereka adalah orang Yahudi dan Nasrani
Ta`alau : menghadaplah kalian dan pusatkanlah pandangan kalian terhadap apa-apa yang kalian telah diajak kepada arah itu.
Sawaa`in : adil, dan masing-masing di antara kami dan kalian bersifat sportif.
Al-Ilah: yang disembah, yang dimintai tatkala sedang dalam marabahaya, dan tempat mengadu tatkala dalam keadaan terjepit, dengan keyakinan bahwa hanya Dialah semata yang mempunyai kekuasaan dalam masalah gaib.
Ar-Rubba: adalah Tuhan yang memelihara dan yang perintah serta larangan-Nya ditaati. Yang dimaksud di sini adalah yang mempunyai hak mensyariatkan hukum haram atau halal.
Muslimun: orang-orang yang menurut kepada Allah dan ikhlas terhadap-Nya.

Dalam ayat ini, Allah SWT. mengajak mereka kepada perkara lain yang merupakan masalah pokok agama dan intinya, yang telah disepakati oleh semua Nabi. Yaitu, persamaan dan keadilan antara kedua belah pihak secara seimbang, tidak berat sebelah, yaitu beribadah hanya kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya. Tatkala mereka berpaling, Allah SWT. memerintahkan Nabi agar mengatakan kepada mereka, “Saksikanlah oleh kamu, bahwa kami adalah orang-orang muslim.”
Katakanlah (wahai Muhammad), wahai orang-orang ahlul Kitab, ke sinilah kalian, dan bersepakatlah pada suatu perkataan yang adil, yang telah disepakati oleh para Rasul dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka. Hal ini diperintahkan oleh Taurat, Injil serta al-Qur`an.
Kita tidak akan tunduk kecuali hanya kepada Tuhan yang mempunyai kekuasaan dan mutlak dalam menentukan syariat dan yang mempunyai wewenang menghalalkan dan mengharamkan. Kita hendaknya tidak menyekutukan Allah dengan apapun dan sebagian dari kita tidak mengambil sebagian lainnya sebagai Tuhan-tuhan selain Allah SWT.
Ayat ini mengandung tauhid dalam ketuhanan, seperti yang tersurat dalam firman-Nya (Alla Na`budu illAllah), serta tauhid dalam ketuhanan yang tersurat dalam firman-Nya (Wa la yattakhizu ba`duna arbaaban min duunillah).
Objek ini telah disepakati dalam semua agama. Nabi Ibrahim telah datang dengan membawa ajaran Tauhid. Nabi Musa juga datang dengan membawa agama Tauhid. Dalam Taurat telah disebutkan dengan mengutip firman Allah, sesungguhnya Allah adalah Tuhanmu, janganlah kamu mempunyai Tuhan lain di hadapan-Ku. Janganlah kamu membuat patung pahatan untukmu, dan juga gambar apapun, berupa apapun yang ada di langit atas dan di bumi bawah. Janganlah kamu bersujud kepadanya dan janganlah kamu menyembahnya.
Bila mereka menolak dan berpaling dari ajaran ini, hanya menyembah kepada selain Allah, dan mengambil para sekutu, para perantara, Tuhan-tuhan yang menghalalkan dan mengharamkan, maka katakanlah kepada mereka, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang taat kepada Allah lagi ikhlas. Kami tidak menyembah siapapun kecuali Allah SWT. Dan kami tidak memohon kepada selain-Nya dalam meminta suatu manfaat atau menolak bahaya. Kami tidak menghalalkan sesuatu kecuali yang telah dihalalkan Allah, dan tidak mengharamkan kecuali apa yang diharamkan-Nya.
Dari penjelasan Ahmad Mushtafa al-Maraghiy tentang ayat di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa maksud Allah dari ayat di atas adalah agar dakwah Islam yang mulia ini disebarkan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, dengan cara kita kenalkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Allah SWT. dan bahwa bumi tempat kita hidup ini adalah kepunyaan-Nya. Maka wajar dan wajiblah bagi kita sebagai makhluk-Nya untuk menyembah dan bersujud kepada-Nya dengan penuh keikhlasan.

2. Q. S. al-Maidah ayat 15
Artinya : Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Sebab turun ayat ini adalah sebagaimana terdapat dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi Muhammad SAW. didatangi oleh orang-orang Yahudi yang bertanya tentang hukum rajam. Nabi SAW. bertanya : ‘’Siapa di antara kalian yang paling alim ?’’, mereka menunjuk Ibnu Shuriya, Nabi SAW. meminta kepadanya untuk menjawab dengan sebenarnya sambil bersumpah atas nama Allah yang menurunkan Taurat kepada Nabi Musa, yang mengangkat gunung Thur dan menetapkan sepuluh janji yang telah diterima oleh mereka serta menggemparkan mereka. Berkatalah Ibnu Shuriya : Ketika telah banyak kaum kami yang mati dirajam karena zina, kami tetapkan hukum dera seratus kali dan kami cukur kepalanya. Maka ditetapkanlah kembali kepada kaum Yahudi hukum rajam. Lalu turunlah ayat ini (surat al-Maidah : 15), sebagai peringatan kepada orang yang telah melalaikan hukum-hukum Allah SWT.
Setelah Allah menerangkan, bahwa Dia telah mengambil janji orang-orang Yahudi dan Nasrani, seperti yang telah Dia ambil pula dari umat islam; dan bahwa mereka ternyata melanggar janji dan sumpah tersebut, dan tidak lagi melaksanakan apa yang telah diperintahkan kepada mereka, bahkan mereka buang sebagian besar wahyu yang telah Dia turunkan kepada mereka. Dan setelah itu Allah menyeru mereka untuk beriman kepada Nabi Muhammad SAW. dan kepada kitab yang dibawanya.
Maksud ayat, hai ahli Kitab, sesungguhnya Kami telah mengutus kepadamu, Muhammad Rasulullah dan pemungkas para Nabi itu, yang menerangkan kepadamu sebagian besar dari hukum-hukum yang kamu sembunyikan, yang dulu sudah diturunkan Allah kepadamu. Tetapi, kamu enggan melaksanakannya.
An-Nur (cahaya) di sini yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW. Dikatakan demikian, karena beliau menerangi hati sebagaimana cahaya menerangi mata. Dan sebagaimana tanpa cahaya, maka mata tak akan dapat melihat barang apapun yang dapat dilihat, maka begitu pula, andaikan tak ada wahyu yang di bawa oleh Muhammad SAW., tentu hati siapapun tak akan tahu hakikat agama yang sebenarnya, baik dari kalangan ahli Kitab sendiri maupun dari kalangan lainnya. Dan tentu mereka tidak akan tahu perubahan apa yang dialami oleh kitab taurat dan Injil, baik berupa hilangnya sebagian isi maupun dilupakannya dengan sengaja. Juga kecerobohan para pemuka agama terhadap sebagian yang lain, dengan menyembunyikan sebagian isi Kitab atau merubahnya. Dan tentulah mereka akan tetap berada dalam kebodohan dan kekafiran yang gelap gulita, tanpa dapat melihat cahaya kebenaran.
Al-Kitabu al-Mubiin (Kitab yang menerangkan), ialah al-Qur`an al-Karim, karena al-Qur`an itu sendiri jelas dan menjelaskan apa saja yang diperlukan umat manusia, sehingga mereka mendapat petunjuk. Membawa mereka kepada jalan keselamatan (jalan yang selamat dari segala rasa takut).

3. Q. S. al-A`raf ayat 157
Artinya : (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.

Dalam memahami ayat ini, Imam Syafi`i berkata: Dikatakan Allah maha tahu dosa-dosa mereka serta apa yang dilarang bagi mereka sebab apa yang mereka perbuat. Dikatakan, apa yang disyariatkan dari agama Muhammad SAW.
Tidak ada makhluk yang berakal sejak Allah mengutus Muhammad SAW., baik itu Ahli Kitab, penyembah berhala atau orang yang hidup dengan ruh dari golongan jin dan manusia, yang sampai kepadanya dakwah Muhammad SAW., kecuali pasti hujjah Allah dihadapkan kepadanya dengan mengikuti agamanya. Orang beriman sebab mengikuti Nabi, dan orang kafir sebab tidak mengikuti Nabi.
Setiap orang baik yang beriman maupun yang kafir dikenai ketetapan pengharaman apa yang diharamkan Allah melalui lisan Nabi-Nya, yang sebelumnya mubah dalam suatu ajaran agama atau tidak mubah dan penghalalan apa yang dihalalkan Allah melalui lisan Muhammad SAW. yang sebelumnya haram menurut satu ajaran agama atau tidak haram.
Imam Syafi`i berkata lagi, dikatakan; semua itu diharamkan atas mereka sampai mereka beriman. Tidak sepatutnya semua itu diharamkan atas mereka, sedangkan apa yang berbeda dari agama Muhammad itu telah dihapus dengan agama-Nya. Sebagaimana tidak boleh dikatakan, dulu khamar halal bagi mereka sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW., meskipun mereka tidak masuk agama Nabi.
Jadi, dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa syariat yang dibawa oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul terdahulu telah disempurnakan oleh syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., apa yang dilarang oleh ajaran Nabi Muhammad sekarang wajib untuk ditaati oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena ajaran Rasulullah sekarang adalah sama dengan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul-rasul terdahulu, yaitu mengajak kepada tauhid dan agama yang lurus.

4. Q. S. Asy-Syura ayat 15
Artinya : Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah, sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".
Oleh karena itu, dia (Muhammad) tidak perlu gusar dan merasa sesak dada kalau mereka itu masih tetap ingkar dan tak mau beriman, karena bagaimanapun juga dia (Muhammad) tidak memaksa mereka untuk beriman dan memperoleh kecuali hal itu dikehendaki Allah.
Dengan ayat ini, Rasulullah SAW. Sudah diberi dua perintah pokok, pertama; Dakwah diteruskan, ajakan dan seruan tidak boleh berhenti. Kedua; pendirian teguhkan, tegak lurus dengan keyakinan kepada Tuhan (Istiqamah), karena suatu dakwah tidak akan jaya, kalau yang berdakwah tidak mempunyai istiqamah (pendirian teguh) dan sebagai lanjutannya jangan diikuti, jangan dipedulikan hawa nafsu mereka yang hendak membawa kepada pertengkaran yang sangat menghabiskan tenaga dan hendaklah dijelaskan pendirian. Pendirian yang tidak digoyahkan oleh gelora hawa nafsu lawan. Pendirian itu adalah: Dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali.
Ayat ini menjelaskan bahwa, walaupun dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. banyak mendapatkan tantangan dari kafir Quraisy, namun Allah SWT. memberikan sokongan kepada Nabi agar tetap gigih dan istiqamah dalam berpegang kepada tauhid dan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia sekalipun ada di antara mereka yang enggan menerima.

Kesimpulan :
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya semua ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul terdahulu adalah sama, yaitu sama-sama mengajak kepada tauhid dan beriman kepada Tuhan yang satu, yaitu Allah SWT.
Dalam menyampaikan kebenaran agama Islam kepada non muslim (Yahudi dan Nasrani) dan menegakkan amar ma`ruf nahiy munkar di muka bumi, haruslah memiliki pendirian yang teguh dan penuh dengan kesabaran, karena banyak tantangan dan hambatan yang harus dilalui.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak pernah senang dengan agama Islam termasuk umatnya. Namun, umat Islam sendiri sangat menginginkan mereka untuk masuk ke dalam agama Islam, supaya mereka juga berada dalam agama keselamatan (selamat dari rasa ketakutan) yang penuh rahmat dari Allah SWT.

Bahan Pertimbangan :
Hamka (H. Abdûl Mâlik Abdullâh Karîm Amrullâh), Tafsir al-Azhar, Juz 25, (Jakarta; Pustaka Panjimas, t.th)

al-Maraghiy, Ahmad Musthafa, Tafsir al-Maraghiy, Juz 3, diterjemahkan oleh; Bahrun Abu Bakar, K. Anshori Umar Sitanggal dkk., (Semarang; Toha Putera, 1987)

Shaleh, K.H.Q., H.A.A. Dahlan, dkk., Asbabun Nuzul “Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al-Quran”, Edisi Kedua, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004)

Asy-Syuri, Majdi bin Manshur bin Sayyid, Tafsir Imam Asy-Syafi`i, (Beirut-Lebanon; Dar Al-Kutub al-Ilmiyah, 1995)

Tim Depag., al-Quran dan Tafsirnya, Jilid IX, (Yogyakarta; Universitas Islam Indonesia, 1991)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar