Rabu, 23 September 2009

Andaikan tidak dapat yang dicintai, maka cintailah apa yang didapatkan

Makna yang sangat dalam yang terkandung disetiap lirik lagu D'Masiv - Jangan Menyerah.
Dakwah tidak hanya dilakukan oleh para Ulama atau Ustadz-ustadz maupun oleh mubaligh saja, yang hanya bertempat di Masjid atau di Mushalla saja, melainkan juga bisa direalisasikan lewat lagu, seperti yang dilakukan oleh group band yang satu ini;

D'Masiv – Jangan Menyerah

Tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi
kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat
seakan hidup ini
tak ada artinya lagi

reff1:
syukuri apa yang ada
hidup adalah anugerah
tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik

tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi

repeat reff1

reff2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
kebesaran dan kuasanya
bagi hambanya yang sabar
dan tak kenal putus asa..

Lagu ini mengingatkan kita akan tujuan dan makna hidup ini yang hakiki, mari sama-sama kita hilangkan rasa keluh kesah yang ada dalam diri ini, mari mencoba tuk jalani hidup ini apa adanya, syukuri apa yang ada, andaikan tidak dapat yang dicintai, maka cintailah apa yang didapatkan. Meskipun begitu, jangan sekali-kali membuat kita menafikan ikhtiar. takdir ini ada dalam genggaman kedua tangan ini.

Dalam Alquran Tuhan kita berfirman :
Al-Ma'arij [70] ayat 19-25 :
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir
22. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
23. Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
24. Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
25. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).

Dibalik kesempurnaan ada kekurangan, dibalik kelebihan ada 'aib yang tersimpan. Jangan jadikan kelebihan yang kita miliki sebagai fitnah dalam hidup ini, begitu pula jangan jadikan kekurangan yang ada sebagai alasan tuk menghindar dan merasa minder dari kehidupan.

Oleh sebab itu, berusahalah untuk selalu dekat dengan-Nya, sebab itulah satu-satunya jalan yang membuat kita tenang dan ringan dalam meniti kehidupan ini.

jangan menyerah !!

Selasa, 22 September 2009

Kualitas hadis tentang "kehinaan seseorang yang suka berdusta" [H.R. Imam At-Tirmidziy]

Tulisan ini merupakan hasil dari tugas praktikum hadis penulis pada jurusan Tafsir hadis IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2008. Semoga bermanfaat !!

Pendahuluan :
A. Latar Belakang Masalah
Hadis merupakan sumber kedua hukum Islam. Banyak hal yang tidak kita temukan di dalam al-Qur’an, maka bisa ditemukan di dalam hadis-hadis Rasulullah, atau yang datang dalam bentuk global, maka hadis menjelaskan dalam bentuk yang terperinci. Untuk itu, hadis-hadis yang kita terima mempunyai rentang waktu yang sangat panjang dan generasi yang selalu berganti, makanya wajar kalau ternyata hadis-hadis tersebut tidak shahih bahkan bisa jadi hadis tersebut maudhu’ tapi kita amalkan dan lebih parah lagi juga disebarkan di tengah-tengah masyarakat. Hal ini tidak hanya akan menjerumuskan diri kita sendiri dalam kesalahan, tapi juga orang lain.
Berdasarkan hal di atas, maka sangat diperlukan penelitian terhadap hadis-hadis Nabi, sehingga terhindar dari penilaian yang tergesa-gesa dan pemahaman yang keliru terhadap hadis-hadis Nabi. Oleh sebab itu kami sebagai mahasiswa tafsir hadis fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang diharuskan untuk meneliti hadis-hadis Nabi yang tersebar di kalangan masyarakat. Penelitian ini dikaitkan dengan mata kuliah Praktikum hadis. Pada penelitian ini mahasiswa dituntut untuk meneliti langsung ke tengah-tengah masyarakat tentang hadis yang disampaikan mubaligh-mubaligh atau da'i-da'i yang pada kesempatan ini dibatasi hanya pada wilayah kota Padang saja.
Mengingat banyaknya hadis yang tersebar di masyarakat melalui lidah penceramah para da'i, maka penelitian ini terasa amat penting, karena besar kemungkinan dari para mubaligh tersebut tidak mengetahui secara pasti apakah hadis yang disampaikannya itu berstatus shahih, hasan atu dha'if.
Dari sekian banyak mubaligh, boleh dikatakan sangat sedikit sekali yang dapat mengetahui, apalagi menyampaikan kualitas hadis yang mereka sampaikan tersebut. Sehingga tidak jarang dari hadis yang mereka sampaikan adalah hadis dha`if, bahkan ada yang hadis maudhu` (palsu).
Di samping keterbatasan kemampuan mereka di dalam mengetahui kualitas hadis, namun banyak pula di antara mereka yang tidak bisa memahami teks hadis dengan baik, maka tidak tertutup kemungkinan banyak dari hadis dha`if yang telah diterima masyarakat dan berkemungkinan ada di antara hadis shahih yang disampaikan dengan makna yang jauh berbeda dengan makna yang sebenarnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis sangat merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap hadis-hadis yang tersebar di tengah-tengah masyarakat.

B. Rumusan dan Batasan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas dan pemahaman dari hadis-hadis tersebut?, jadi pertanyaan yang harus dijawab nantinya adalah :
1.Bagaimana kualitas dari hadis yang disampaikan penceramah atau mubaligh tersebut, baik sanad maupun matannya ?
2.Bagaimana pemahaman yang benar terhadap hadis tersebut ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas ke-shahih-an dan pemahaman yang benar terhadap hadis. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Kegunaan yang bersifat formal akademik adalah untuk persyaratan penyelesaian tugas pada mata kuliah Praktikum Tafsir dan Hadis.
2. Kegunaan yang bersifat praktis adalah sebagai wujud sumbangsih mahasiswa tafsir hadis berupa kepedulian mereka terhadap hadis-hadis yang tersebar di kalangan masyarakat.

D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, kemudian dilanjutkan dengan penelitian kepustakaan. Adapun penelitian ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1.Tahap pembekalan yang diberikan oleh jurusan, yaitu:
a.Pembekalan umum yang dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Edi Safri. Dalam tahap ini, mahasiswa diberikan bimbingan tekhnis tentang pelaksanaan praktikum ini.
b.Bimbingan pembuatan laporan yang dibimbing oleh dosen pembimbing lapangan.

2.Tahap pencarian hadis ke Masjid/Mushalla yang ada di kota Padang dengan cara mendengarkan ceramah/khutbah yang disampaikan oleh para Da’i/Ustadz, kemudian mencatat hadis-hadis yang beliau sampaikan tersebut minimal tiga kali hadir.

3.Tahap Pelaporan hadis yang telah didapatkan di lapangan ke jurusan. Kemudian jurusan menentukan hadis mana yang akan diteliti.

Khusus untuk meneliti kualitas keshahihan dan pemahaman hadis, maka penulis melakukan kajian kepustakaan. Untuk penelitian kualitas hadis, penulis memakai buku rujukan yang terkait dengan ini, seperti kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fazh al-Hadits al-Nabawiy (selanjutnya dikenal dengan Mu`jam), karangan A. J. Weinsink, Kitab Tahzib al-Kamal, karangan Hafizh Jamal al-Din Abiy al-Hajjaj Yusuf al-Mizziy, Kitab Tahzib al-Tahzib karangan Sihab al-Din Ahmad Ibn `Ali Hajar al-Asqalaniy dan kitab-kitab rijal lainnya.

E. Objek Penelitian
Setelah penulis melaporkan hadis-hadis yang telah didapatkan di lapangan ke jurusan, maka jurusan menentukan satu hadis yang akan penulis teliti, yaitu:
-إذا كذب العبد تباعد عنه الملك ميلا من نتن ما جاء به.

Yang akan penulis teliti dari hadis ini adalah bagaimana kualitas keshahihan hadis ini, baik dari segi sanad maupun dari segi matannya.

Penelusuran Hadis :
A. Metode Penelusuran Hadis
Adapun metode penelusuran hadis yang dipakai adalah dengan mencari salah satu kata yang ada pada matan tersebut dengan menggunakan kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fazh al-Hadits al-Nabawiy.
Dalam hal ini penulis hanya fokus meneliti hadis:
-إذا كذب العبد تباعد عنه الملك ميلا من نتن ما جاء به.
Setelah penulis melihat ke dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fazh al-Hadits al-Nabawiy dengan menggunakan salah satu kata yang terdapat dalam hadis tersebut, yaitu kata: العبد/كذب, maka penulis menemukan hadis ini hanya terdapat pada Sunan at-Tirmidziy saja, yaitu pada Kitab al-Birru wa Shillah, bab 46, halaman 481.

B. Pengutipan Hadis dari Kitab Sumber Asli.
Sunan at-Tirmidziy, kitab al-Birr wa Shillah, bab 46, halaman 481
-حدثنا يحيى بن موسى قال قلت لعبد الرحيم بن هرون الغساني حدثكم عبد العزيز بن أبي رواد عن نافع عن ابن عمر : أن النبي صلى الله عليه وسلم قال إذا كذب العبد تباعد عنه الملك ميلا من نتن ما جاء به . رواه الترمذي

Artinya : Yahya Ibn Musa telah mengkhabarkan kepada kami, di berkata, aku telah berkata kepada Abdurrahim Ibn Harun al-Ghasaniy, Abdul `Aziz Ibn Abiy Ruwad telah mengkhabarkan kepada kalian dari Nafi` dari Ibn Umar, bahwasanya Nabi SAW. Bersabda: apabila seseorang berdusta, maka malaikat menjauhkan diri daripadanya satu mil karena bau busuk dari apa yang dibawanya.

C. Ranji Sanad Hadis
Hadis ini hanya terdapat satu jalur saja, yaitu jalur At-Tirmidziy; (At-Tirmidziy mendengar dari Yahya ibn Musa, Yahya ibn Musa menerima dari 'Abd ar-Rahim ibn Harun, Abd ar-Rahim ibn Harun mendengar dari 'Abd al-'Aziz ibn Abiy Ruwad, 'Abd al-'Aziz ibn Abiy Ruwad menerima dari Nafi', Nafi' menerima dari ibn 'Umar kemudian Ibn 'Umar langsung menerima dari Nabi SAW)
Sunan at-Tirmidziy, kitab al-Birr wa Shillah, bab 46, halaman 481

Kritik Sanad Hadis :
A. Penelitian Kualitas Hadis
Dalam penelitian ini akan digunakan unsur-unsur kaidah mayor dan minor keshahihan sanad hadis yang telah ditelaah oleh Syuhudi Ismail. Jumhur ulama hadis menetapkan ada lima kaidah minor keshahihan hadis yaitu sanad bersambung, periwayat bersifat adil, periwayat bersifat dhobith, terhindar dari ‘illat dan syuzuz. Akan tetapi, menurut Syuhudi Ismail, unsur-unsur kaidah mayor yang pokok cukup hanya tiga macam saja, yakni (1) sanad bersambung, (2) periwayat bersifat ‘adil dan (3) periwayat bersifat dhobith dan atau tam al-dhobith, sedang kaidah minornya sebagai berikut:
a. Untuk sanad bersambung: muttashil (maushul), marfu’, mahfuzh dan bukan mu’allal (bukan hadis yang ber’illat).
b. Untuk periwayat bersifat ‘adil: beragama Islam, mukallaf, melaksanakan ketentuan agama dan memelihara muru’ah.
c. Untuk periwayat yang bersifat dhobith dan atau tam al-dhobith: hafal dengan baik hadis yang diriwayatkannya, mampu dengan baik menyampaikan hadis yang dihafalnya kepada orang lain, terhindar dari syuzuz dan terhindar dari illat.
Karena hadis yang penulis teliti hanya terdapat di dalam Sunan At-Tirmidziy saja, maka penulis akan meneliti (men-takhrij) lebih jauh hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun dari segi matannya. Kemudian penulis akan memfokuskan penelitian terhadap hadis dalam kitab Sunan At-Tirmidziy. Untuk dapat mengenal dan memahami lebih jauh, maka penulis akan mengemukakannya sesuai dengan kriteria Syuhudi Ismail di atas.

B. Penelitian Terhadap Jalur Periwayatan at-Tirmidziy
-حدثنا يحيى بن موسى قال قلت لعبد الرحيم بن هرون الغساني حدثكم عبد العزيز بن أبي رواد عن نافع عن ابن عمر : أن النبي صلى الله عليه وسلم قال إذا كذب العبد تباعد عنه الملك ميلا من نتن ما جاء به. رواه الترمذي

Artinya : Yahya Ibn Musa telah mengkhabarkan kepada kami, di berkata, aku telah berkata kepada Abdurrahim Ibn Harun al-Ghasaniy, Abdul `Aziz Ibn Abiy Ruwad telah mengkhabarkan kepada kalian dari Nafi` dari Ibn Umar, bahwasanya Nabi SAW. bersabda: apabila seseorang berdusta, maka malaikat menjauhkan diri daripadanya satu mil karena bau busuk dari apa yang dibawanya.

Hadis shahîh menurut mayoritas ulama (muhadditsîn) adalah riwayat yang bersambung sanadnya (ittishâl al-sanad) dari perawi pertama sampai ke periwayat terakhir; para periwayatnya âdil dan dhâbit—adâlat al-ruwah wa al-dhâbithûn kulluhum; tidak syâdz dan terbebas dari illat. Ini adalah defenisi yang dikemukakan Ibnu al-Shalâh , meskipun belakangan ada ulama yang mendefenisikannya dengan redaksi lain, namun substansi masih tetap sama.
Terkait dengan muttashil al-sanad akan digunakan formulasi syarat yang diperpegangi dan dicetuskan Imam al-Bukhâriy, yaitu: al-liqâ` wa al-mu’âsyarah wa al-liqa’ (harus dibuktikan dengan bertemunya antara guru dan murid serta ada kemungkinan—indikasi—keduanya hidup semasa).
Mengenai keadilan dan kekuatan hafalan para periwayatnya—adâlat al-ruwah wa dhâbthuhu—diketahui dari komentar kritikus hadis, apakah dia terkena jarh (penilaian negatif) atau ta’dîl (dinilai terpuji atau positif).
Untuk memastikan interaksi—liqâ` dan mu’âsyarah—antara para pencatat hadis ini akan digunakan bantuan Kitab Tahzîb al-Kamâl Fî Asmâ` al-Rijâl dan Tahzîb al-Tahzîb disamping berita dari sumber komplementer lainnya, begitu pula terkait dengan hasil penilaian mu’addil dan jârih.

Karena keterbatasan ruang dan waktu, maka pada kesempatan ini transmisi riwayat yang akan ditelusuri adalah jalur At-Tirmidziy (fokus kajian: kebersambungan sanad; aspek adil dan dhâbit-nya). Sebagai langkah pertamanya, penulis akan menelusuri para periwayat pada jalur sanad hadis ini, sebagai berikut :

1. Ittishal al-Sanad
a. Yahya Ibn Musa
Nama lengkapnya adalah Yahya Ibn Musa Ibn `Abdi Rabbihi Ibn Salim al-Huddaniy, atau disebut juga dengan Abu Zakaria al-Balkhiy as-Sukhtiyani.
Di antara guru-gurunya adalah: Ibrahim Ibn Uyainah, Ibrahim Ibn Musa ar-Raziy, Habban Ibn Hilal, Zaid Ibn Hubab, Abdurrahim Ibn Harun al-Ghassaniy, Abdu ar-Razaq Ibn Hammam, dan lain-lain.
Di antara murid-muridnya adalah : al-Bukhariy, Abu Daud, At-Tirmidziy, An-Nasa`i, Ishaq Ibn Ibrahim al-Qodiy al-Bustiy, dan lain-lain .

b. Abdur ar-Rahim Ibn Harun al-Ghassaniy
Ulama yang satu ini bernama ‘Abdurrahim Ibn Harun al- Ghassaniy, nama populernya adalah Abu Hisyam al-Wasithiy dan beliau menetap di Bagdad.
'Abdurrahim Ibn Harun al-Ghassaniy ini pernah menimba ilmu kepada ulama-ulama hadis yang terkemuka, di antaranya: Isma’il Ibn Muslim al-Makkiy, Sya’bah Ibn Hujaj, ‘Abdullah Ibn ‘Aun, 'Abdul 'Aziz Ibn Abiy Ruwad, ‘Abdul ‘Aziz Ibn Muhammad ad- Darawardiy, dan sebagainya.
Adapun ulama hadis yang pernah belajar dengan beliau di antaranya ialah: Ibrahim Ibn Jabir Ibn 'Abdurrahman Ibn ‘Isya al- Marwaziy, Ahmad Ibn Sulaiman ar-Ruhawiy, Ishaq Ibn Wahhab al-‘Alafiy, Yahya Ibn Musa, Muhammad Ibn ‘Abdul Malik al-Daqiqiy, dan lain sebagainya .

c. Abdul 'Aziz Ibn Abiy Ruwad
Nama lengkapnya adalah 'Abdul 'Aziz Ibn Abiy Ruwad, dikenal dengan Maimun . Di antara guru-gurunya adalah: Isma'il Ibn Umaiyah, Salim Ibn Abdu Allah Ibn Umar, Nafi', Abiy Salamah al-Himshiy, dan lain-lain.
Di antara orang-orang atau ulama-ulama yang pernah menerima hadis dari Abdul `Aziz Ibn Ruwad adalah, di antaranya: Abu Ahmad Idris Ibn Muhammad al-Raziy al-Ruziy, Husain Ibn 'Aliy al-Ju'fiy, Abdu al-Razaq Ibn Hammam, Abdu ar-Rahim Ibn Harun al-Ghassaniy, Dhamrah Ibn Rabi'ah, dan lain-lain.
d. Nafi`
Ulama yang satu ini dikenal dengan nama 'Abdi Allah Ibn `Umar Ibn al-Khattab al-Qurasiy al-'Adawiy, Abu 'Abdi Allah al-Madaniy.
Di antara guru-gurunya adalah: Ibrahim Ibn 'Abdi Allah Ibn Hunaini, Ibrahim Ibn 'Abdi Allah Ibn Ma`bad Ibn 'Abbas, Zaid Ibn `Abdi Allah Ibn `Umar, saudaranya Salim Ibn 'Abdu Allah Ibn Umar, 'Abdu Allah Ibn Umar, `Ab du Allah Ibn Muhammad Ibn Abiy Bakar as-Shiddik.
Adapun orang-orang yang pernah menerima hadis dari Nafi` adalah, di antaranya: Aban Ibn Shaleh, Aban Ibn Thariq, Ibrahim Ibn Sa`id al-Madaniy, Ibrahim Ibn 'Abdu ar-Rahman, anaknya `Abdu Allah Ibn Nafi`, `Abdul `Aziz Ibn Abiy Ruwad, 'Abdu ar-Rahman Ibn 'Amru al-Auza`iy, dan lain-lain.

e. Ibn 'Umar
Nama lengkapnya adalah Abdullah Ibn `Umar Ibn al-Khattab Ibn Nufail al-Qurasiy al-`Adawiy, atau dikenal juga dengan Abu `Abdi ar-Rahman al-Makkiy. Beliau merupakan salah seorang sahabat nabi yang sangat dekat dengan nabi.
Di antara guru-guru beliau adalah: Nabi Muhammad SAW., bapaknya, pamannya Zaid, saudara perempuannya Hafshah, Abu Bakar, Usman, Ali, Sa`id, Bilal, dan lain-lain.
Adapun murid-murid atau orang-orang yang menerima hadis dari Ibn `Umar adalah, di antaranya: Anak beliau sendiri, Bilal, Hamzah, Zaid, Salim, `Abdullah, `Ubaidullah, Nafi`, Abu Salamah Ibn Abdu ar-Rahman, `Atha`, `Ikrimah, Mujahid, dan lain-lain.

2. Ke`adilan dan Kedhabitan para Perawi
Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang konsisten dalam menjalankan agama, baik budi pekertinya, bebas dari kefasikkan dan bebas dari hal-hal yang bisa menjatuhkan harga dirinya. Sedangkan pengertian dhabith yang dimaksud adalah orang yang benar-benar sadar ketika menerima hadis, paham ketika mendengarnya dan menghafalnya semenjak dari hadis itu diterima dan disampaikan kepada orang lain.

a. Yahya Ibn Musa
Data-data yang penulis temukan tentang ke`adilan dan kedhabitan Yahya Ibn Musa ini dalam bidang hadis, yaitu di antaranya:
- Abu Zur`ah dan Nasa`i berkata: Yahya Ibn Musa adalah orang yang Tsiqah
- Muhammad Ibn Ishaq al-Tsaqafiy mengatakan: Yahya Ibn Musa adalah orang yang tsiqah lagi terpercaya.
- Musa Ibn Harun berkata: Yahya Ibn Musa adalah termasuk orang-orang Islam yang terpilih.
- Pendapat lain mengatakan: di adalah ulama yang Tsiqah (كان من ثقات الناس).
- Daar al-Quthniy berkata: dia termasuk ulama-ulama yang tsiqah.
- Bukhariy mengatakan bahwa Yahya Ibn Musa wafat pada tahun 240 H. pendapat ini sama dengan pendapat yang dilontarkan oleh Musa Ibn harun.
- Ulama lain selain Bukhariy dan Musa Ibn Harun mengatakan, bahwa Yahya Ibn Musa wafat pada tahun 239 H.
Dari pendapat para ulama di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Yahya Ibn Musa adalah orang yang terpercaya dalam bidang hadis, beliau adalah orang yang tsiqah dan dapat diterima dan dijadikan hujjah hadis-hadis yang bersumber darinya. Dan mengenai tahun wafat ulama yang satu ini, penulis berpegang kepada pendapat Bukhariy, bahwa Yahya Ibn Musa wafat pada tahun 240 H. dan tentang tahun berapa ulama yang satu ini lahir, penulis tidak mendapatkan data-datanya.

b. Abdur ar-Rahim Ibn Harun al-Ghassaniy
Data-data yang penulis temukan tentang ke`adilan dan kedhabitan ulama yang satu ini adalah, sebagai berikut:
- Abu Hatim berkata: saya tidak mengetahui tentang Abdu ar-Rahim Ibn Harun.
- Ad-Daar Quthniy mengatakan: dia berdusta dan hadisnya adalah matruk (ditinggalkan)
- Ibn Hibban menyebutkan dalam kitab “tsiqat” bahwa hadisnya dipandang sah apabila ia menceritakan sesuatu yang terdapat dalam kitabnya, akan tetapi bila ia menceritakan hafalannya, maka sebagiannya adalah ingkar.
- Abu Ahmad Ibn `Adi meriwayatkan hadisnya, hadis Abdu ar-Rahim Ibn Harun itu dari Ibn abiy ruwad, riwayatnya dari Nafi` dan dari Ibn `Umar:”apabila seorang hamba berdusta, dengan sangat-sangat berdusta, maka malaikat akan menjauh darinya dengan jarak satu mil, karena bau busuk yang dibawanya, kemudian Ibn `Umar berkata lagi, dan baginya selain yang disebutkan dan belum dipandang sebagai orang-orang yang terdahulu dalam pembicaraan, dan sesungguhnya telah disebutkannya bagi hadis-hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang yang ingkar dari kaum yang dapat dipercaya.
- Diriwayatkan dari at-Tirmidziy, hadis yang satu ini, sungguh merupakan suatu beban yang menimpa kita.
- Abu Qasim at-Thabraniy berkata: dia belum meriwayatkan dari Nafi`, kecuali oleh Ibn Abiy Ruwad, dan `Abdu ar-Rahim Ibn Harun menyendiri dalam periwayatan hadis ini.
- At-Tirmidziy meriwayatkan, dari Yahya Ibn Musa, ia berkata: hadis ini termasuk hasan gharib, kami tidak mengenalnya kecuali dari satu segi, dan dalam periwayatan hadis ini `Abdu ar-Rahim Ibn Harun menyendiri.

c. Abdul `Aziz Ibn Abiy Ruwad
Tentang ulama hadis yang satu ini, beberapa ulama memberikan komentar terhadapnya, di antaranya:
- Ahmad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Sa`id al-Qatthaniy, dari kakeknya, berkata bahwa Abdul `Aziz Ibn Abiy ar-Ruwad adalah orang yang tsiqah dalam hadis, tidaklah pantas untuk ditolak atau ditinggalkan begitu saja hadisnya.
- Menurut Abu Hatim, Abdul `Aziz Ibn Abiy Ruwad adalah orang yang tsiqah dalam hadis.

d. Nafi`
Berdasarkan data-data yang penulis temukan mengenai ulama yang satu ini, di antaranya: pendapat al-Bukhariy mengatakan bahwa Nafi` adalah : أصح الأسانيد (sanad yang paling atau sangat shahih) :
مالك, عن نافع, عن ابن عمر
- Muhammad Ibn Sa`ad menyebutkan dalam tingkatan yang ketiga dari penduduk Madinah, beliau berkata: Nafi` adalah orang sangat dipercaya dan dia banyak menghafal hadis.
- `Arim berkata, dari Himad Ibn Zaid: `Ubaidu Allah Ibn `Umar mengkhabarkan kepada kami, bahwa Umar Ibn Abdul `Aziz mengutus Nafi` ke Mesir untuk mengajarkan kepada mereka sunah-sunah Nabi.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat dipahami dan disimpulkan bahwa Nafi` adalah orang yang tsiqah dan banyak hafal hadis-hadis nabi.

e. Ibn `Umar
Dari data yang penulis temukan, ada beberapa pendapat ulama mengenai Ibn Umar dan mengenai tahun wafat beliau, di antaranya: menurut Zubair Ibn Bakkar, beliau wafat pada tahun 73 H. menurut Waqiid beliau wafat pada tahun 74 H. dan menurut Abu Sulaiman Ia wafat pada tahun 73 H.
Dari perbedaan pendapat ini, maka penulis berpegang pada pendapat yang pertama, bahwa Ibn `Umar wafat pada tahun 73 H. mengenai tanggal dan hari wafat beliau penulis tidak menemukan data yang kongkrit.
Ibn `Umar (Umar Ibn al-Khattab) tidaklah dikeragui lagi kefakihan beliau dalam masalah agama serta ke`adalahan dan kedhabitannya, beliau adalah orang sangat dekat dengan nabi Muhammad SAW., beliau sangat banyak menerima hadis secara langsung dari Nabi.
Menurut Ibn Zubair, Ibn Umar adalah أثبت (berada di atas tingkatan Tsiqah). Yang tidak dikeragui lagi apapun berita yang disampaikannya. Hadis-hadis yang dikeluarkan oleh Ibn `Umar sudah terjamin ke-shahihannya.


Kesimpulan :
Hadis ini dari segi sanadnya adalah dha`if, karena pada jalur sanadnya terdapat kekeliruan, yaitu `Abdu ar-Rahim Ibn Harun al-Ghassaniy menyendiri dari periwayat lainnya, sehingga jalur sanad hadis ini terputus.
Meskipun dari data-data yang penulis temukan memang `Abdu ar-Rahim Ibn Harun al-Ghassaniy ini pernah menerima hadis dari `Abdul `Aziz Ibn Abiy Ruwad dan meriwayatkan hadis kepada Yahya Ibn Musa, akan tetapi dalam hadis ini beliau menyendiri dari perawi lainnya.
Dan juga dari data-data yang penulis temukan di dalam kitab Tahzibu al-Kamal Fii Asma` ar-Rijal, dinyatakan di sana bahwa banyak di antara ulama-ulama yang men-jarh `Abdu ar-Rahim Ibn Harun al-Ghassaniy ini, ada yang menyatakan bahwa beliau adalah seorang ulama yang tidak tsiqah, tidak bisa untuk selalu diperpegangi apa yang disampaikannya.
Hadis-hadis yang terdapat di dalam kitab beliau itu mungkin bisa dipercaya, namun jika hadis-hadis yang keluar dari hafalan beliau, maka hadis tersebut tidak bisa diterima. Ini merupakan salah satu komentar ulama yang penulis temukan, sebagaimana yang telah penulis paparkan pada pembahasan di atas.
Jadi, hadis ini tidak dapat dijadikan hujjah atau sebagai sumber hukum. Namun, jika kita ingin menjadikannya sebagi motivasi untuk meninggalkan sifat dusta, maka hukumnya boleh-boleh saja, karena hadis ini memang menekankan kepada umat Islam untuk menjauhi sifat dusta. Karena dusta merupakan suatu sifat yang dicela oleh agama Islam.

Daftar Rujukan :
Al-Asqalaniy Syihabu al-Din Ahmad Ibn `Aliy Ibn Hajar, (selanjutnya disebut dengan Ibn Hajar), Tahzibu al-Tahzib, Juz IV, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995)

Ismail M. Syuhudi, Kaidah Keshahihan Sanad Hadits Tela’ah Kritis dan Tinjauan Dengan Pendekatan Ilmu Sejarah, Cet. Ke-2, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995)

Al-Khatîb Ajjâj, Ushûl al-Hadîs Ulûmuhu wa Musthalahuhu, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1989)

Al-Mizziy Al- Hafizd Jamal al- Din Abiy al- Hajjaj Yusuf, Tahzib al- Kamal Fii Asma’ al- Rijal, (Beirut: Dar al- Fikr, 1994)

At-Tirmidziy Abiy `Isa Muhammad Ibn `Isa Ibn Saurah, Sunan at-Tirmidziy “wahuwa al-Jami` al-Shahih”, Kitab al-Birr wa Shillah, bab 46, (Beirut-Libanon: Daar al-Fikr, [t.th])

Weinsinck, A. J., Mu`jam al-Mufahrasy li al-Fazh al-Hadits an-Nabawiy, (Leiden: Brill, 1969)

Rabu, 02 September 2009

Puasa Menuju Taqwa

Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertakwa. (Q.S.al-Baqarah [2] ayat 183)

Ayat ini menjelaskan bahwa puasa hanya diwajibkan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman saja. setiap diri yang merasa beriman kepada Allah menjadi sasaran ayat di atas. sudah lumrah jika banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari banyak orang-orang yang di dalam KTP nya agamanya adalah Islam tapi tidak berpuasa, bahkan dia sangat bangga menampakkan dirinya tidak berpuasa di depan umum, seperti dengan cara seenaknya saja merokok di khalayak ramai, itu semua... karena keimanan tiada di hatinya.

Tujuan Allah mewajibkan puasa kepada orang yang beriman, jika kita pahami dari ayat di atas adalah tidak lain dan tidak bukan untuk membentuk orang yang beriman tersebut menjadi orang yang paling mulia di sisi Allah SWT yaitu orang yang mendapatkan pangkat taqwa dari-Nya.

Jika dilihat dari segi pengertian, bahwa yang dimaksud dengan puasa adalah menahan, (menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya, menahan hawa nafsu, baik nafsu makan dan minum maupun nafsu syahwat). Namun, tidak terbatas sampai disitu saja, tetapi juga menahan hati supaya tidak iri dan dengki, menahan mata supaya tidak melihat hal-hal yang diharamkan oleh syariat, menahan telinga untuk tidak mendengar hal-hal yang dilarang, menahan kaki supaya tidak melangkah ke jalan yang salah, tangan supaya tidak mengambil yang bukan hak, menahan mulut supaya tidak bergunjing, memfitnah dan mengadu domba orang lain, dan lain-lain sebagainya.

Dalam berpuasa kita tentu berusaha untuk melatih diri ke arah yang lebih baik, dikatakan bahwa bulan ramadhan adalah bulan tarbiyah atau bulan pendidikan dan juga merupakan bulan latihan. Puasa dapat melatih diri seseorang untuk menjadi yang baik dari yang terbaik. Selama satu bulan melatih diri seperti itu dengan harapan sesudah ramadhan tetap komitmen dengan apa-apa yang telah dilakukan dalam bulan ramadhan.

Jika amalan-amalan ramadhan sudah menjadi kebiasaan di bulan-bulan lainnya, maka barulah tercapai tujuan ayat 183 dari surat al-Baqarah di atas.
Semoga Ramadhan kali ini kita lakukan lebih baik dari ramadhan yang kemarin dan tak kalah pentingnnya semoga tujuan dari puasa yang kita lakukan menghasilkan pangkat taqwa di sisi Allah SWT, karena ketaqwaanlah yang akan menyelamatkan diri seseorang di dunia dan akhirat.

Sesungguhnya makhluk yang paling mulia di sisi sang Khalik adalah makhluk yang paling bertaqwa (dalam arti melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya). Semoga kita semua bisa menggapai rida-Nya. Amiin

Sabtu, 18 Juli 2009

Indonesiaku

Indonesia sekarang sedang bersedih, bapak presiden kita SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) kabarnya diancam karena telah memenangkan Pemilu presiden pada tanggal 8 juli kemaren.Ribuan penduduk Jakarta pada hari ini dihantui oleh rasa takut teror bom datang lagi. Siapakah dalang dibalik semua ini, apakah maksud dan tujuan dari peristiwa ini, wallahu a'lam bi al-Showaab.

Kita sebagai rakyat Indonesia, tidakkah kita bersedih dan khawatir dengan semua ini.semenjak terpilihnya presiden SBY pada 2004 yang lalu, begitu banyak cobaan dan probem yang dihadapi oleh bangsa ini, berawal dari musibah tsunami di banda Aceh dan Medan, seterusnya bencana dan musibah terus menghantam hingga saat ini,tiba lagi kemenangan SBY sebagai presiden terpilih (2009-2014. sebagian berasumsi bahwa SBY lah yang sial dalam memimpin negara.namun tidakkah kita sadari dan melihat ke belakang sebelum kepemimpinan beliau...!!

Secara pribadi banyak teror-teror yang datang kepada SBY, bisakah kita beranggapan bahwa kejadian ini adalah ulah dari orang-orang yang tidak senang dengan kepemimpinan beliau, atau aksi dari segelintir orang yang tidak senang dengan kemenangan yang beliau raih. bukankah dalam hidup ini sudah pasti ada sang pemenang dan sang kalah?? tak pantaskah kita ucapkan (kuterima kekalahanku, kusalutkan kemenanganmu.

Sebenarnya sejak awal jika kita sadari bahwa yang akan mengahancurkan Indonesia ini adalah warga negaranya sendiri , yang akan menghinakan Indonesia ini di mata dunia adalah rakyatnya sendiri. sebuah contoh konkrit yang dapat kita simak pada hari ini, MU club sudah lama berencana untuk datang ke Indonesia untuk bermain sepak bola dengan tim Indonesia di stadion senayan Jakarta, sudah banyak Indonesia mengeluarkan uang untuk iklan, namun akhirnya hasilnya hanya kerugian, MU tidak jadi datang karena takut tidak terjamin keamanan dan keselamatannya di Indonesia yang pada saat ini lagi gencar teror bom.

Dan dikhabarkan lagi bahwa setiap ada teror bom baik di dalam maupun di luar negeri, menurut segelintir orang bahwa muslimlah dalang dibalik semuanya, Islam terus menjadi korban,umat Islam selalu menjadi sasaran. bukankah Islam adalah agama keselamatan "rahmatan li al-Alam"???.Islam bukanlah agama yang kejam, bahkan Islam terus berusaha untuk meningkatkan kedamaian dan kerukunan di dunia ini, hanya orang-orang yang tidak paham dengan Islam lah yang berbuat seperti itu dan hanya orang-orang yang tidak senang dengan Islamlah yang mencari celah dibalik semua itu.

Semuanya kami serahkan pada-Mu yaa Rabb. Tiada daya dan upaya kami melainkan pertolongan-Mu.

Wassalam..

Minggu, 08 Maret 2009

Dunia bukanlah Syurga kita

Tak ada yang abadi, semua sirna, apa yang disukai, apa yang dicintai, apa yang disenangi di dunia ini semuanya fana, andai dunia ini seperti surga, coba bayangkan seperti apa kehidupan manusia?

Minggu, 18 Januari 2009

Ilmu dan Harta

Imam Ali Radiya Allahu `Anhu pernah berkata : “Andai aku disuruh untuk memilih segudang harta benda dan segudang ilmu pengetahuan, maka aku akan memilih segudang ilmu pengetahuan. Jika aku memilih segudang harta, maka aku yang akan menjaganya. Akan tetapi, jika aku memilih segudang ilmu pengetahuan, maka ilmu itulah yang akan menjagaku dan meninggikan derajadku”.

Bimbingan Alquran Tentang Tata cara berdakwah kepada Non-Muslim

1. Q. S. Ali Imran ayat 64
Artinya : Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Penafsiran kata-kata sulit dalam ayat ini adalah :
Ahl al-Kitab : mereka adalah orang Yahudi dan Nasrani
Ta`alau : menghadaplah kalian dan pusatkanlah pandangan kalian terhadap apa-apa yang kalian telah diajak kepada arah itu.
Sawaa`in : adil, dan masing-masing di antara kami dan kalian bersifat sportif.
Al-Ilah: yang disembah, yang dimintai tatkala sedang dalam marabahaya, dan tempat mengadu tatkala dalam keadaan terjepit, dengan keyakinan bahwa hanya Dialah semata yang mempunyai kekuasaan dalam masalah gaib.
Ar-Rubba: adalah Tuhan yang memelihara dan yang perintah serta larangan-Nya ditaati. Yang dimaksud di sini adalah yang mempunyai hak mensyariatkan hukum haram atau halal.
Muslimun: orang-orang yang menurut kepada Allah dan ikhlas terhadap-Nya.

Dalam ayat ini, Allah SWT. mengajak mereka kepada perkara lain yang merupakan masalah pokok agama dan intinya, yang telah disepakati oleh semua Nabi. Yaitu, persamaan dan keadilan antara kedua belah pihak secara seimbang, tidak berat sebelah, yaitu beribadah hanya kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya. Tatkala mereka berpaling, Allah SWT. memerintahkan Nabi agar mengatakan kepada mereka, “Saksikanlah oleh kamu, bahwa kami adalah orang-orang muslim.”
Katakanlah (wahai Muhammad), wahai orang-orang ahlul Kitab, ke sinilah kalian, dan bersepakatlah pada suatu perkataan yang adil, yang telah disepakati oleh para Rasul dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka. Hal ini diperintahkan oleh Taurat, Injil serta al-Qur`an.
Kita tidak akan tunduk kecuali hanya kepada Tuhan yang mempunyai kekuasaan dan mutlak dalam menentukan syariat dan yang mempunyai wewenang menghalalkan dan mengharamkan. Kita hendaknya tidak menyekutukan Allah dengan apapun dan sebagian dari kita tidak mengambil sebagian lainnya sebagai Tuhan-tuhan selain Allah SWT.
Ayat ini mengandung tauhid dalam ketuhanan, seperti yang tersurat dalam firman-Nya (Alla Na`budu illAllah), serta tauhid dalam ketuhanan yang tersurat dalam firman-Nya (Wa la yattakhizu ba`duna arbaaban min duunillah).
Objek ini telah disepakati dalam semua agama. Nabi Ibrahim telah datang dengan membawa ajaran Tauhid. Nabi Musa juga datang dengan membawa agama Tauhid. Dalam Taurat telah disebutkan dengan mengutip firman Allah, sesungguhnya Allah adalah Tuhanmu, janganlah kamu mempunyai Tuhan lain di hadapan-Ku. Janganlah kamu membuat patung pahatan untukmu, dan juga gambar apapun, berupa apapun yang ada di langit atas dan di bumi bawah. Janganlah kamu bersujud kepadanya dan janganlah kamu menyembahnya.
Bila mereka menolak dan berpaling dari ajaran ini, hanya menyembah kepada selain Allah, dan mengambil para sekutu, para perantara, Tuhan-tuhan yang menghalalkan dan mengharamkan, maka katakanlah kepada mereka, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang taat kepada Allah lagi ikhlas. Kami tidak menyembah siapapun kecuali Allah SWT. Dan kami tidak memohon kepada selain-Nya dalam meminta suatu manfaat atau menolak bahaya. Kami tidak menghalalkan sesuatu kecuali yang telah dihalalkan Allah, dan tidak mengharamkan kecuali apa yang diharamkan-Nya.
Dari penjelasan Ahmad Mushtafa al-Maraghiy tentang ayat di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa maksud Allah dari ayat di atas adalah agar dakwah Islam yang mulia ini disebarkan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, dengan cara kita kenalkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Allah SWT. dan bahwa bumi tempat kita hidup ini adalah kepunyaan-Nya. Maka wajar dan wajiblah bagi kita sebagai makhluk-Nya untuk menyembah dan bersujud kepada-Nya dengan penuh keikhlasan.

2. Q. S. al-Maidah ayat 15
Artinya : Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Sebab turun ayat ini adalah sebagaimana terdapat dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi Muhammad SAW. didatangi oleh orang-orang Yahudi yang bertanya tentang hukum rajam. Nabi SAW. bertanya : ‘’Siapa di antara kalian yang paling alim ?’’, mereka menunjuk Ibnu Shuriya, Nabi SAW. meminta kepadanya untuk menjawab dengan sebenarnya sambil bersumpah atas nama Allah yang menurunkan Taurat kepada Nabi Musa, yang mengangkat gunung Thur dan menetapkan sepuluh janji yang telah diterima oleh mereka serta menggemparkan mereka. Berkatalah Ibnu Shuriya : Ketika telah banyak kaum kami yang mati dirajam karena zina, kami tetapkan hukum dera seratus kali dan kami cukur kepalanya. Maka ditetapkanlah kembali kepada kaum Yahudi hukum rajam. Lalu turunlah ayat ini (surat al-Maidah : 15), sebagai peringatan kepada orang yang telah melalaikan hukum-hukum Allah SWT.
Setelah Allah menerangkan, bahwa Dia telah mengambil janji orang-orang Yahudi dan Nasrani, seperti yang telah Dia ambil pula dari umat islam; dan bahwa mereka ternyata melanggar janji dan sumpah tersebut, dan tidak lagi melaksanakan apa yang telah diperintahkan kepada mereka, bahkan mereka buang sebagian besar wahyu yang telah Dia turunkan kepada mereka. Dan setelah itu Allah menyeru mereka untuk beriman kepada Nabi Muhammad SAW. dan kepada kitab yang dibawanya.
Maksud ayat, hai ahli Kitab, sesungguhnya Kami telah mengutus kepadamu, Muhammad Rasulullah dan pemungkas para Nabi itu, yang menerangkan kepadamu sebagian besar dari hukum-hukum yang kamu sembunyikan, yang dulu sudah diturunkan Allah kepadamu. Tetapi, kamu enggan melaksanakannya.
An-Nur (cahaya) di sini yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW. Dikatakan demikian, karena beliau menerangi hati sebagaimana cahaya menerangi mata. Dan sebagaimana tanpa cahaya, maka mata tak akan dapat melihat barang apapun yang dapat dilihat, maka begitu pula, andaikan tak ada wahyu yang di bawa oleh Muhammad SAW., tentu hati siapapun tak akan tahu hakikat agama yang sebenarnya, baik dari kalangan ahli Kitab sendiri maupun dari kalangan lainnya. Dan tentu mereka tidak akan tahu perubahan apa yang dialami oleh kitab taurat dan Injil, baik berupa hilangnya sebagian isi maupun dilupakannya dengan sengaja. Juga kecerobohan para pemuka agama terhadap sebagian yang lain, dengan menyembunyikan sebagian isi Kitab atau merubahnya. Dan tentulah mereka akan tetap berada dalam kebodohan dan kekafiran yang gelap gulita, tanpa dapat melihat cahaya kebenaran.
Al-Kitabu al-Mubiin (Kitab yang menerangkan), ialah al-Qur`an al-Karim, karena al-Qur`an itu sendiri jelas dan menjelaskan apa saja yang diperlukan umat manusia, sehingga mereka mendapat petunjuk. Membawa mereka kepada jalan keselamatan (jalan yang selamat dari segala rasa takut).

3. Q. S. al-A`raf ayat 157
Artinya : (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.

Dalam memahami ayat ini, Imam Syafi`i berkata: Dikatakan Allah maha tahu dosa-dosa mereka serta apa yang dilarang bagi mereka sebab apa yang mereka perbuat. Dikatakan, apa yang disyariatkan dari agama Muhammad SAW.
Tidak ada makhluk yang berakal sejak Allah mengutus Muhammad SAW., baik itu Ahli Kitab, penyembah berhala atau orang yang hidup dengan ruh dari golongan jin dan manusia, yang sampai kepadanya dakwah Muhammad SAW., kecuali pasti hujjah Allah dihadapkan kepadanya dengan mengikuti agamanya. Orang beriman sebab mengikuti Nabi, dan orang kafir sebab tidak mengikuti Nabi.
Setiap orang baik yang beriman maupun yang kafir dikenai ketetapan pengharaman apa yang diharamkan Allah melalui lisan Nabi-Nya, yang sebelumnya mubah dalam suatu ajaran agama atau tidak mubah dan penghalalan apa yang dihalalkan Allah melalui lisan Muhammad SAW. yang sebelumnya haram menurut satu ajaran agama atau tidak haram.
Imam Syafi`i berkata lagi, dikatakan; semua itu diharamkan atas mereka sampai mereka beriman. Tidak sepatutnya semua itu diharamkan atas mereka, sedangkan apa yang berbeda dari agama Muhammad itu telah dihapus dengan agama-Nya. Sebagaimana tidak boleh dikatakan, dulu khamar halal bagi mereka sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW., meskipun mereka tidak masuk agama Nabi.
Jadi, dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa syariat yang dibawa oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul terdahulu telah disempurnakan oleh syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., apa yang dilarang oleh ajaran Nabi Muhammad sekarang wajib untuk ditaati oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena ajaran Rasulullah sekarang adalah sama dengan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul-rasul terdahulu, yaitu mengajak kepada tauhid dan agama yang lurus.

4. Q. S. Asy-Syura ayat 15
Artinya : Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah, sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".
Oleh karena itu, dia (Muhammad) tidak perlu gusar dan merasa sesak dada kalau mereka itu masih tetap ingkar dan tak mau beriman, karena bagaimanapun juga dia (Muhammad) tidak memaksa mereka untuk beriman dan memperoleh kecuali hal itu dikehendaki Allah.
Dengan ayat ini, Rasulullah SAW. Sudah diberi dua perintah pokok, pertama; Dakwah diteruskan, ajakan dan seruan tidak boleh berhenti. Kedua; pendirian teguhkan, tegak lurus dengan keyakinan kepada Tuhan (Istiqamah), karena suatu dakwah tidak akan jaya, kalau yang berdakwah tidak mempunyai istiqamah (pendirian teguh) dan sebagai lanjutannya jangan diikuti, jangan dipedulikan hawa nafsu mereka yang hendak membawa kepada pertengkaran yang sangat menghabiskan tenaga dan hendaklah dijelaskan pendirian. Pendirian yang tidak digoyahkan oleh gelora hawa nafsu lawan. Pendirian itu adalah: Dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali.
Ayat ini menjelaskan bahwa, walaupun dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. banyak mendapatkan tantangan dari kafir Quraisy, namun Allah SWT. memberikan sokongan kepada Nabi agar tetap gigih dan istiqamah dalam berpegang kepada tauhid dan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia sekalipun ada di antara mereka yang enggan menerima.

Kesimpulan :
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya semua ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul terdahulu adalah sama, yaitu sama-sama mengajak kepada tauhid dan beriman kepada Tuhan yang satu, yaitu Allah SWT.
Dalam menyampaikan kebenaran agama Islam kepada non muslim (Yahudi dan Nasrani) dan menegakkan amar ma`ruf nahiy munkar di muka bumi, haruslah memiliki pendirian yang teguh dan penuh dengan kesabaran, karena banyak tantangan dan hambatan yang harus dilalui.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak pernah senang dengan agama Islam termasuk umatnya. Namun, umat Islam sendiri sangat menginginkan mereka untuk masuk ke dalam agama Islam, supaya mereka juga berada dalam agama keselamatan (selamat dari rasa ketakutan) yang penuh rahmat dari Allah SWT.

Bahan Pertimbangan :
Hamka (H. Abdûl Mâlik Abdullâh Karîm Amrullâh), Tafsir al-Azhar, Juz 25, (Jakarta; Pustaka Panjimas, t.th)

al-Maraghiy, Ahmad Musthafa, Tafsir al-Maraghiy, Juz 3, diterjemahkan oleh; Bahrun Abu Bakar, K. Anshori Umar Sitanggal dkk., (Semarang; Toha Putera, 1987)

Shaleh, K.H.Q., H.A.A. Dahlan, dkk., Asbabun Nuzul “Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al-Quran”, Edisi Kedua, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004)

Asy-Syuri, Majdi bin Manshur bin Sayyid, Tafsir Imam Asy-Syafi`i, (Beirut-Lebanon; Dar Al-Kutub al-Ilmiyah, 1995)

Tim Depag., al-Quran dan Tafsirnya, Jilid IX, (Yogyakarta; Universitas Islam Indonesia, 1991)

Bimbingan Alquran tentang Pendidikan Keluarga

1.Q. S. At-Tahrim : 6

“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Tafsir al-Mufradat:
Qu Anfusakum : Jadilah dirimu itu pelindung dari api neraka, dengan meninggalkan maksiat.
Wa Ahlikum : Membawa keluargamu kepada hal itu dengan nasihat dan pengajaran.
Al-Wakud : Kayu bakar
Al-Hijarah : Berhala-berhala yang disembah.
Malaikah : Para penjaga neraka yang sembilan belas orang
Ghilazh : Kesat hati dan tidak mau mengasihi apabila mereka dimintai belas kasihan.
Syidad : Kuat badan.

Penjelasan :
Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya, hendaklah sebagian dari kamu memberi tahukan kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan kamu daripadanya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka. Dan bawalah mereka kepada yang demikian ini melalui nasihat dan pengajaran.
Ayat ini senada maknanya dengan surat Thaha ayat 132, yang berbunyi: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.

Tentang ayat ini, terdapat sebuah riwayat yang menceritakan, bahwa Ibn Umar ketika turun ayat ini berkata: Wahai Rasulullah, kita menjaga diri kita sendiri?, tetapi bagaimana kita menjaga keluarga kita?, Rasul menjawab: Kamu larang mereka mengejakan apa yang dilarang Allah untukmu, dan kamu perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu, itulah penjagaan antara diri mereka dengan neraka.
Yang dimaksud dengan kata al-Ahlu (keluarga) dalam ayat ini adalah, di dalamnya mencakup isteri, anak, budak laki-laki dan budak perempuan. Di dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa kewajiban suami mempelajari fardhu-fardhu agama yang diwajibkan baginya dan mengajarkannya kepada mereka (keluarga).
Kemudian al-Maraghiy menafsirkan lanjutan ayat ini bahwa malaikat-malaikat itu diserahi neraka dan menyiksa para penghuninya. Mereka ada sembilan belas orang malaikat. Seperti yang terdapat dalam surat al-Muddatsir ayat 30 : di atasnya ada sembilan belas malaikat penjaga. Kemudian para malaikat itu keras dan kasar terhadap para penghuni neraka itu. Para malaikat tersebut tidak menyalahi perintah Allah, tetapi mereka menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka pada waktu itu juga tanpa selang. Mereka tidak mendahului dan tidak pula menunda-nunda perintah Allah.
Muhammad Quraisy Shihab dalam tafsir al-Mishbah menjelaskan tentang surat at-Tahrim ayat 6 di atas, bahwa dakwah dan pendidikan itu harus bermula dari rumah. Meskipun ayat ini secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka semata, melainkan ayat ini juga tertuju kepada perempuan dan laki-laki (ibu dan ayah), sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat yang memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju kepada laki-laki dan perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing, sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya.
Malaikat yang disifati dengan (ghilazh) atau kasar, bukanlah dalam arti kasar jasmaninya sebagaimana dalam beberapa kitab tafsir, karena malaikat adalah makhluk-makhluk halus yang tercipta dari cahaya. Atas dasar ini harus dipahami dalam arti kasar perlakuannya atau ucapannya. Mereka telah diciptakan Allah khusus untuk menangani neraka. Hati mereka tidak hiba atau tersentuh oleh rintisan, tangis atau permohonan belas kasih, mereka diciptakan Allah dengan sifat sadis. Dan karena itulah maka mereka (syidad) keras-keras, yakni makhluk-makhluk yang keras hatinya dan keras pula perhatiannya.
Menurut analisa penulis tentang ayat ini, memang yang lebih dominan untuk mendidik dan menyampaikan dakwah kepada keluarga adalah laki-laki (suami atau ayah), namun tidak tertutup kemungkinan perempuan (istri atau ibu) ikut andil di dalamnya, keduanya harus saling mencukupi dan saling mengingatkan supaya tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah dan jauh dari siksaan api neraka.

2.Q. S. Al-Anfal : 28

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”.

Tafsir al-Mufradat :
Fitnah : Cobaan dan ujian, yakni sesuatu yang berat hati untuk melakukan, meninggalkan, menerima, atau menolaknya. Fitnah bisa terjadi pada keyakinan, perkataan, perbuatan dan apa-apa saja. Dan Allah pun memberi ujian atau fitnah ini kepada siapa saja. Orang mukmin, kafir, shadiq maupun munafik. Lalu Allah memberi balasan kepada mereka masing-masing sesuai dengan perbuatan yang mereka kerjakan setelah mendapat ujian tersebut, apakah tetap berpegang pada kebenaran atau justru kebatilan, tetapkah melakukan kebaikan ataukah kejahatan.

Penjelasan :
Al-Maraggiy menafsirkan, dan ketahuilah, cobaan berupa harta dan anak-anak, adalah cobaan besar yang tidak diragukan bagi siapapun yang mau berpikir. Karena, harta itulah yang merupakan poros penghidupan seseorang, dan sarana untuk mencapai segala keinginan dan hasrat, di samping menolak dari dirinya banyak hal yang tidak ia inginkan. Dan oleh karenanya, untuk memperolehnya, orang siap menanggung kesusahan dan mengatasi segala kesulitan, sementara itu syara` mengharuskan manusia agar senantiasa mencari yang halal dan menghindari yang haram, dan mendorongnya agar menyukai kehematan dan keseimbangan. Begitu pula untuk memelihara harta orang, bersedia bersusah payah, sementara hawa nafsunya saling bertempur dengan nuraninya sendiri untuk menafkahkannya. Kemudian syari`atlah yang mewajibkan adanya hak-hak tertentu dalam harta yang harus dikeluarkan, seperti zakat dan nafkah-nafkah lainnya, baik untuk anak-anak, istri dan lain-lainnya.

Sementara Muhammad Quraisy Shihab menafsirkan bahwa ayat ini dimulai dengan perintah “Ketahuilah” redaksi ini bertujuan untuk menekankan kepada mitra bicara betapa penting apa yang akan disampaikan dan bahwa hal tersebut tidak boleh diabaikan atau diremehkan.

Anak menjadi cobaan bukan saja ketika orang tua terdorong oleh cinta kepadanya sehingga ia melanggar, tetapi juga dalam kedudukan anak sebagai amanat Allah SWT., Allah menguji manusia melalui anak, untuk melihat apakah ia memelihara secara aktif, yakni mendidik dan mengembangkan potensi-potensi anak agar menjadi manusia sebagaimana yang dikehendaki Allah, yakni menjadi hamba sekaligus khalifah di dunia.
Mengabaikan perintah ini, adalah salah satu bentuk pengkhianatan terhadap Allah dan amanat yang dititipkan-Nya kepada manusia. Demikian juga harta benda, bukan saja ujian ketika harta itu menjadikan melupakan fungsi sosial harta, atau berusaha meraihnya secara batil, tetapi ia juga ujian dari sisi apakah harta tersebut dipelihara dan dikembangkkanan sehingga hasilnya berlipat ganda melaului usaha halal dan baik.

Ayat ini merupakan salah satu bukti rahmat Allah kepada manusia. Dialah yang menunjukkan titik-titik lemah manusia, agar manusia menyadarinya, sehingga pada gilirannya setiap orang selalu awas dan tidak lupa daratan.
Tentang anak-anak, memang cinta kita terhadap mereka adalah termasuk hal yang telah Allah titipkan dalam fitrah kita. Anak-anak adalah buah hati dan belahan jiwa bagi ibu-bapak mereka. Oleh karena itu, cinta mereka terhadap anak sanggup membawa mereka bersedia mengeluarkan segala yang ada demi anak, atau bahkan kesehatan dan kesenagan.

Kesimpulan :
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulan bahwa pendidikan sangat menentukan dalam hal kebahagiaan manusia hidup di dunia dan akhirat. Pendidikan diawali dari lingkungan keluarga, setiap orang tua harus bisa membimbing anak-anak mereka ke jalan yang diridhai oleh Allah SWT. dan menghindari mereka dari siksa di dunia dan ahzab yang pedih di akhirat (neraka).
Dalam mendidik anak menurut keterangan ayat-ayat dan beberapa penafsiran mufassir yang telah penulis paparkan di atas adalah kewajiban orang tua, memang di dalamnya yang dituntut adalah laki-laki (suami atau ayah), namun tidak tertutup kemungkinan seorang wanita (istri atau ibu) tidak ikut andil di dalamnya, keduanya harus saling mendukung untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah-warahmah dan terhindar dari ahzab api neraka.

Bahan Pertimbangan :
al-Maraghiy Mushthafa Ahmad, (selanjutnya disebut al-Maraghiy), Tafsir al-Maraghiy, diterjemahkan oleh: Bahrun Abu Bakar, dkk. (Semarang; Toha Putera, Cet. I, 1987)

Shihab Muhammad Quraisy, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)

Quran in word version 1.3

Hidup adalah Perjuangan

Dunia adalah penjara orang mukmin dan syurga bagi orang-orang kafir. Hadis ini terbukti dengan realita kehidupan pada saat ini, begitu banyak contoh yang dapat kita lihat dan kita jadikan pelajaran dan gambaran, ternyata memang dunia ini tidak begitu indah bagi kehidupan orang-orang yang beriman. Sementara orang-orang kafir di dunia ini hidup dengan berjaya, bahkan mereka menindas orang-orang islam yang mampu mereka tindas. Apakah kita harus pasrah terhadap nasib?

Al-quran mengatakan bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah senang dan redha dengan kehidupan umat islam di dunia ini, sampai kiamat pun mereka akan tetap mengganggu dan meneror kaum muslimin hingga mereka mau bergabung dengan agama mereka yang nyata-nyata sesat di mata umat islam. Namun, hal ini bagi kita umat islam harus dijadikan cambuk dan motivasi yang kuat untuk terus menguatkan akidah kita kepada Allah SWT. Apalagi pada saat ini, keadaan zaman sudah sangat menuntut kita untuk selalu waspada terhadap gangguan dan perlawanan yang datang dari kaum yahudi dan nasrani (orang-orang kafir), seperti yang diderita oleh saudara-saudara kita di palestina yang mendapat serangan yang membabi buta dari negara israel yang tidak pandang bulu, mereka menyerang habis-habisan, korbannya bukan para pejuang saja, melainkan para ibu-ibu dan anak-anak yang tak berdosa ikut menderita akibat serangan mereka.Jika hal ini terus kita biarkan, maka di masa yang akan datang harga diri umat islam di mata mereka akan hilang secara perlahan-lahan, yang akhirnya islam akan dipandang sebelah mata oleh umat manusia di dunia ini.

Dengan keadaan yang seperti ini, maka yang dibutuhkan oleh islam sekarang adalah kesadaran untuk bersatu lagi, sebuah ungkapan orang-orang arab mengatakan bahwa "persatuan itu akan menumbuhkan kekuatan dan perpecahan itu akan menimbulkan kelemahan".

Dulu kenapa islam bisa maju dan berjaya di muka bumi ini lebih kurang tujuh abad? nah, sekarang kok islam tidak dihargai lagi di mata dunia, kaum yahudi dan nasrani sudah begitu lancang dan semena-mena terhadap umat islam, mereka tidak segan-segan lagi menyerang umat islam dan ingin melenyapkan risalah islam yang mulia ini dari permukaan bumi?pertanyaan ini sangat pantas untuk kita renungkan, jawabannya sudah ada dalam diri kita masing-masing.

Dulu persatuan dan kesatuan umat islam sangat terjalin dengan baik, ukhwah islamiyah terhubung sangat kokoh, sehingga musuh-musuh yang datang menghadang begitu mudah dikalahkan. Sekarang keadaan sudah jauh terbalik, persatuan dan kesatuan dalam diri umat islam sudah menipis, kesadaran dalam diri bahwa mukmin itu bersaudara sudah mulai hilang, sehingga kaum yahudi dan nasrani tahu, bahwa saat inilah yang tepat untuk menghancurkan dan melenyapkan umat islam dari muka bumi ini.
jadi, yang dibutuhkan sekarang adalah wahai kaum muslimin mari kita tumbuhkan lagi kesadaran dalam diri kita masing-masing bahwa kita sesama mukmin adalah bersaudara, yang satu dengan yang lain saling ada keterkaitan dan saling membutuhkan, jika persatuan dan kesatuan bisa kita tumbuhkan lagi, maka yakinlah bahwa islam pasti akan tetap berjaya di muka bumi ini sampai kahir zaman, orang-orang kafir manapun akan segan dengan umat islam. mari kita ciptakan lagi ukhwah islamiyah yang kuat dalam diri kita.

Alangkah bahagianya kita sebagai umat islam jika dunia sukses dan akhirat pun cerah, al-Quran dan sunnah sudah banyak mengajarkan bahwa kita sebagai umat harus mampu menciptakan keseimbangan dalam hidup, jangan kita hanya pasrah dengan ungkapan birlah di dunia menderita asalkan di akhirat kelak bahagia, biarlah hidup di dunia terjajah, yang penting di akhirat kita mendapat rahmat yang sangat agung dari Allah SWT. ungkapan pesimis ini tidak pantas kita amalkan, namun sebaliknya kita harus mampu mencapai kebahagiaan hidup kedua-duanya, dunia sejahtera dan di akhirat kelak memperoleh kemakmuran. Di dunia kita harus mampu memperjuangkan apa yang sudah menjadi hak kita sebagai umat islam, jangan biarkan harga diri umat ini diinjak-injak oleh orang-orang kafir yang telah menjadi musuh bebuyutan kita sampai akhir zaman.

Kita berada pada jalan yang benar dan risalah yang mulia. pertahankan kebenaran dan tegakkan amar ma`ruf dan nahiy munkar, lawan semua kebatilan dan tumpas habis kejahatan dan ketidakadilan di bumi ini.

Kami selalu memohon dan berlindung kepada-MU ya Allah.

Hartono Ahmad Jaiz (Ada Permutadan di IAIN)

Ada apa dengan IAIN (UIN ? Ada apa dengan Hartono Ahmad Jaiz yang menggunakan gambar gedung rektorat kampus UIN Jakarta sebagai cover buku "sampah" ini ?. Benarkah IAIN (UIN) adalah kampus murtad, telah terjadi pemurtadan secara sistematis dan terencana. Kampus sesat yang menyesatkan anak muda Islam yang belajar dan at-taffaquh fil-din, menggali agama dan kehidupan. Apakah benar Hartono Ahmad Jaiz ingin menghancurkan dan meruntuhkan UIN ( Universitas Islam Negeri ) Jakarta sebagai institusi yang absah ?. Apakah beliau paling berhak menjadi "juru selamat" manusia dan menjadi hakim yang memutuskan, memberikan label murtad bagi individu dan lembaga seperti IAIN. Sungguh "suci dan mulia" seseorang yang bernama Hartono Ahmad Jaiz layaknya Nabi Muhammad SAW atau Isa Putra Maryam. Ataukah sebaliknya, seperti De Fuhrer Adolf Hitler, menjadi raja bengis dari segala raja umat manusia. ( Lihat: Film Adolf Hitler, The Rise of Evil).

Ada Pemurtadan di IAIN, sebuah buku provokatif, vulgar bagi umat Islam dan norak gitu lho, meminjam ucapan Abdul Moqsith Ghazali, salah satu pembicara bedah buku Nasional, Ada Pemurtadan di IAIN di Kampus UIN Jakarta. Label kafir, zindiq, murtad adalah senjata pamungkas untuk menghukumi umat Islam khususnya kaum muda yang berpikir kritis, "bertengkar dengan Islam", nyeleneh meminjam ucapan kelompok Islam Fundamentalis, anti-kemapanan, mencari titik kebenaran The Ultimate Realtiy yang tak terbatas oleh ruang dan waktu layaknya Alm. Ahmad Wahib lewat Catatan Hariannya, Pergolakan Pemikiran Islam. "Pertengkaran dengan Islam" yang selalu mengandaikan keseimbangan antara membaca, merenung dan mengamati. Dengan demikianlah manusia akan mampu membentuk pendapat sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang atau memilih salah satu di antara pendapat yang berbeda (Wahib: 1981, 280).
Sebuah pertengkaran dengan Islam adalah kesediaan membuka diri terhadap masa kini dan masa lalu yang merupakan akar memahami masa depan umat Islam di Indonesia. Menyadari bahwa keberadaan umat Islam selalu berada dalam lingkungan sosial tertentu dan juga melibatkan sifat kemanusiaan, maka pemahaman umat Islam terhadap Islam hanyalah sebatas penafsiran. Artinya kita tidak berhak mengklaim bahwa pemahaman kita sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Tuhan. Maka sangat tidak mungkin menyeragamkan pemahaman masing-masing individu. Kenyataan seperti ini juga disadari sepenuhnya oleh para pemikir Islam kontemporer seperti Arkoun, Nasr Hamid Abu Zaid, Hasan Hanafi, Abdul Karim Soroush, dan lain-lain. Akibat langsung dari pemahaman seperti ini adalah musykil beranggapan bahwa mesti ada satu pemahaman yang paling "benar" dibanding pemahaman yang lain, kafir, zindiq dan murtad. Sehingga beranggapan bahwa ada pemahaman yang paling benar adalah tindak sewenang-wenang dan ketaksediaan membuka diri terhadap warisan Islam masa lalu––meskipun rapuh–– dan kenyataan Islam masa kini yang mengikat umat Islam. Salah satu proses pertengkaran dengan Islam adalah tulisan koordinator JIL ( Jaringan Islam Liberal ) Ulil Abshar Abdalla yang berjudul, Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam, November 2002 di Harian Kompas. Sejarah mencatat, Sabtu,16 April 2005, di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di gelar peristiwa yang panas dan "mencekam", bedah buku nasional, Ada Pemurtadan di IAIN. Acara yang semula di selenggarakan menjadi ajang "pertanggungjawaban" penulis yakni Hartono Ahmad Jaiz kepada publik UIN Jakarta secara keseluruhan. Massa membludak luar biasa, gedung Theater Lt.IV Ushuluddin yang tadinya di gunakan untuk bedah buku tidak mungkin di gunakan, akhirnya dipindah ke Masjid Al-Jami'ah Student Center UIN Jakarta. Sungguh luar biasa dalam sejarah diskusi, bedah buku ataupun seminar yang pernah terjadi di UIN Jakarta yaitu Debat Publik tentang FLA (Fiqih Lintas Agama ) Massa yang membludak, menjadikan Masjid Suci itu terasa "membara dan membakar ". Informasi yang berkembang kepada publik sebelum acara bedah buku Nasional, Ada Pemurtadan di IAIN ini berlangsung adalah acara Debat Terbuka antara kelompok Islam Liberal melawan Islam Fundamental. Benarkah ada sabotase dan informasi sepihak dalam acara ini yang mngundang publik secara massif !. Yang pasti, buku Ada Pemurtadan di IAIN Hartono Ahmad Jaiz itu mengundang kepada publik untuk " bertengkar dengan sesama". Slogan dan Jargon, atas nama ayat- ayat Al-Qur'an dan Hadist adalah segalanya, inilah ciri-ciri kelompok Wahabi di manapun berada. Di bawah bendera Al-Qur'an dan Hadist, manusia tak berkutik. Masjid Al-Jami'ah menjadi saksi mata, teriakan Allahu Akbar dan tepuk tangan yang menggema, memekakkan telinga dan jiwa seperti akan terjadi perang. Teriakan Allahu Akbar, seakan menjadi pisau yang akan "menggorok" setiap leher yang berbeda, membangkitkan emosi massa dan memanaskan suasana rumah Allah. Teriakan Allahu Akbar di gunakan untuk tidak menghargai perbedaan pendapat dalam berdebat, ungkap Koordinator JIL,( Jaringan Islam Liberal) Ulil Abshar Abdalla. Sedangkan tepuk tangan adalah cara yang di gunakan iblis laknatulah, tepuk tangan tidak di perbolehkan di dalam Masjid teriak Muhammad At-Tamimi, alumni Timur Tengah, salah satu pembicara bedah buku, Ada Pemurtadan di IAIN. Berbagai "penyataan panas" dari sang ikon Jaringan Islam Liberal Indonesia, Ulil Abshar Abdalla dan Abdul Moqsith Ghazali tentang tidak ada hukum Tuhan, masalah kawin bedah agama serta lainnya di sambut sebagaian massa yang pro-Hartono Ahmad Jaiz dan At-Tamimi dengan ucapan Astaqfirullah dan subhanallah.

Ajang diskusi yang takkan pernah selesai dan berakhir sepanjang sejarah umat Islam dari dulu sampai sekarang. Bertarung dan berkelahi dengan sesama atas nama Tuhan, murtad. Dalam buku, Ada Pemurtadan di IAIN, Hartono Ahmad Jaiz mengatakan "bahwa gejala sesat menyesatkan lewat jalur sistematis yaitu perguruan tinggi Agama Islam Se-Indonesia sudah terdengar lama di masyarakat. Hanya saja selama ini belum ada tulisan yang sistematis mengemukakan bukti-bukti kongkrit. Maka dalam hal itu menegakkan kalimatullah hiyal `ulya, kami memberanikan diri untuk menyampaikan gejala-gejala yang kami lihat secara lahiriyah maupun kami baca. Kemudian kami kemukakan kepada masyarakat dalam buku yang berjudul, Ada Pemurtadan di IAIN". Bahkan banyak pertimbangan dalam menulis buku itu, ungkap Hartono sebagaimana dalam kata pengantar buku, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia. Yakni rasa risih dan ewuh pakewuh yang mendominasi untuk penyebutan nama, individu atau lembaga absah seperti IAIN (UIN), STAIN dan lainnya dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar. Mohon maaf bila hal ini terjadi, begitu penulis berkata. Pertanyaan kita, apakah semudah itu individu dan lembaga yang sudah "di cemarkan dan dihancurkan " nama baiknya dengan label dan sebutan kafir, zindiq dan murtad dalam buku yang "tidak ilmiah dan non-akademis" itu, misalnya cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid, Prof. DR. Quraish Shihab, DR. Zainun Kamal, Rektor UIN Jakarta Prof. DR. Azyumardi Azra, Prof. DR. Amin Abdullah, Abdul Munir Mulkhan, Zuhairi Misrawi dan masih banyak lagi. Apakah beliau-beliau akan memaafkan "kecerobohan dan kebodohan" penulis yang mungkin paling merasa " suci dan benar" itu ?. Layaknya kesucian 12 Imam ma'sum di kalangan Syi'ah. Ataukah beliau semua akan menuntut penulis di meja hijau, waktu dan sejarah yang akan menjawabnya. Buku setebal 224 halaman tersebut terdiri dari 16 bab dan berbagai lampiran tentang, ada pemurtadan di IAIN, tentang hermeneutika, infitrasi kristen, sejarah singkat IAIN, daftar pustaka serta lampiran buku-buku karya Hartono Ahmad Jaiz. Dalam buku ini dipaparkan, usulan pembubaran Departemen Agama, pengertian murtad, pembaharuan Nurcholish Madjid kearah paganisme, tentang pendidikan Islam yang di selewengkan dan sosok-sosok nyeleneh yang ada di UIN dan IAIN. Buku ini adalah hasil "pungutan" dari berita dan data, ungkap Ulil Abshar Abdalla, yang kebenarannya masih di perhitungkan. Dan salah satu buku ratusan buku"vulgar dan beracun" di negeri ini yang kehadirannya selain menambah koleksi dan dokementasi jargon-jargon kafir, murtad terhadap individu mapun lembaga. Juga sebagaai buku yang bisa " membunuh kretifitas kaum muda' untuk berpikir demi sebuah cita-cita Sokrates yakni keterbukaan. Sungguh buku yang terlalu sederhana tanpa perangkat ilmiah dan akademis, tanpa memperhitungkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia yang berpikir, bukan selalu "berdzikir".

Menurut hemat saya, materi dan isi buku Ada Pemurtadan di IAIN adalah "lagu-lagu lama", hanya sekedar kumpulan berita, data dan informasi yang cenderung salah seperti tentang Ulil Abshar Abdalla. Buku yang tidak ada nilai akademisnya dan tidak ilmiah bagi sebagain besar kaum intelektual negeri ini. Apakah layak buku itu kita gunakan sebagai rujukan dan marja' untuk memberikan dan memutuskan umat Islam dalam kategori kafir, zindiq ataupun murtad ?. Yang pasti, dari namanya saja, Hartono Ahmad Jaiz, Jaiz artinya boleh-boleh aja, mengikutinya boleh ya, boleh tidak, tidak mutlaq ungkap Koordinator JIL, Ulil Abshar Abdalla. Lagu-lagu lama itu adalah masalah kontroversi ajakan dzikir dengan lafal Anjing hu Akbar dan pernyataan selamat bergabung di area bebas Tuhan oleh mahasiswa senior ushuluddin dan filsafat IAIN Sunan Gunung Djati Bandung kepada para mahasiswa baru dalam acara ta'aruf September 2004 dan kasus FUUI-Forum Ulama Umat Islam ( Buku, Ada Pemurtadan di IAIN hlm..59 dan hlm. 63 ). Pernyataan Abdul Munir Mulkhan, Wakil Rektor IAIN ( UIN ) Jogjakarta / Petinggi Muhammadiyah : Surga Tuhan itu nanti dimungkinkan terdiri dari banyak "kamar" yang bisa dimasuki dengan beragam jalan atau agama.(Ajaran dan jalan Kematian Syekh Siti Jenar, hlm. 25 danBuku Ada Pemurtadan di IAIN hlm 78-79 ).
Masalah buku Alm. Harun Nasution berjudul, Islam di pandang dari berbagai Aspeknya, diperuntukkan para mahasiswa IAIN ada pernyataan: Agama monotheisme adalah Islam, Yahudi, Kristen ( Protestan dan Katolik ) hlm.115. Masalah pernikahan bedah agama, muslimah dan lelaki kristen di Hotel Kristal Pondok Indah Jakarta, Ahad 28 November 2004 ( hl.83 ). Tentang pernyataan Kautsar Azhari Noer, pengggema ajaran Ibnu Arabi dan pluralisme agama dalam pidato Debat Fiqih Lintas Agama ( FLA) di UIN Jakarta, 15 Januari 2004 ( hlm.85-86). Tentang Prof. DR. Nurcholish Madjid, pendiri Yayasan Parmadina Mulya, alumni Barat ( Chicago, US0A ) yang menikahkan anaknya Nadia dan lelaki Yahudi di Amerika, 30 September 2001 (hlm.36). Kemudian masalah dosen-dosen IAIN/UIN yang tergabung dalam tim penulis Paramadina Jakarta, menulis Buku Fiqih Lintas Agama, 2003 yang sangat merusak aqidah Islam dari tauhid diarahkan kepada kemusyrikan dengan istilah pluralisme agama, memutarbalikkan hukum Islam. Tim Penulis Paramadina itu adalah Nurcholish Madjid, Kautsar Azhari Noer, Komaruddin Hidayat, Masdar F. Mas'udi, Zainun Kamal, Zuhairi Misrawi, Budhy Munawar Rahman, Ahmad Gaus AF, Mun'im Sirry. Dan masih banyak tentang pernyataan individu seperti Intelektual Muda Islam, Ulil Abshar Abdalla, Komaruddin Hidayat, DR.Musdah Mulia, masalah Alumni UIN Jakarta Panji Gumilang pemimpin Pesantren Az-Zaytun dan lainnya.Benarkah yang dikatakan penulis, bahwa produk IAIN tak sesuai dengan kebutuhan Islam dan umat, alias murtad ?. Apakah benar karena faktor kebanyakan sajian materi alumni IAIN tidak sesuai standar Ilmu Islam, Al-Qur'an, As-Sunnah dan manhaj Salafus shalih?. Justru di IAIN di sajikan pemikiran-pemikiran dan sejarah budaya sebagai mata kuliah dasar, pengajarannya liar, yaitu di bebaskan berkomentar semua pikiran masing-masing. Apakah benar menurut penulis, bahwa ini bukan semata-mata kesalahan alumni IAIN, namun adalah kesalahan sistem pengajaran, kurikulum dan para dosennya. Karena sistem itu tampaknya di adopsi oleh alm. Harun Nasution dan Mukti Ali (Petinggi IAIN dan Departemen Agama masa lalu ) dari orientalis Barat, sedang para dosen pengajarnya pun sebagaian banyak asuhan orientalis di Universitas Barat. Tambahan lagi, ketika kesalahan sistem itu di domplengi kepentingan-kepentingan yang arahnya justru menyamakan semua agama alias pluralisme agama, tidak membedakan Islam yang beraqidah Tauhid dengan yang lain berkeyakinan kekufuran, di situlah letak pemurtadannya, ungkap penulis dalam makalah bedah buku.

Menurut saya, buku itu adalah sebuah buku "penghakiman dan kumpulan jargon" terhadap individu dan lembaga absah. Dan seharusnya penulis tidak menyederhanakan masalah murtad, kafir, zindiq, label pamungkas yang sangat sensitif terhadap nyawa umat Islam ?. Mungkin penulis harus lebih banyak belajar etika dan moral dalam dunia tulis-menulis, dan lebih banyak belajar lagi membaca kitab-kitab fiqih salafus shalih serta proses sistematika untuk " membunuh nyawa yang mulia Quraish Syihab" dan orang-orang murtad lainnya dalam buku itu, yang mana Khalifah Umar sendiri tidak pernah menyebutnya. Benarkah IAIN (UIN) = Murtad ?. Yang pasti penulis harus bertanggung jawab di depan Mahkamah Tuhan kelak.

Jika penulis, merasa paling benar dan suci sendiri, karena selalu istiqomah, berpegang dan berlindung di bawah bendera ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist, kita berdo'a semoga The Ultimate Reality, memasukan beliau ke dalam " taman surga Firdaus" tetapi sendirian tanpa seorang teman apalagi ditemani sang bidadari , putri dan artis yang cantik. Lebih baik masuk " lahar neraka jahanam" tanpa pertengkaran, clash of civilization, konflik kelas proletar dan borjuis, tanpa penghujatan antar sesama. Masuk bersama-sama di sana bersama keluarga, kekasih hati, sahabat, teman, saudara, sesama dan tentunya sang bidadari, putri, dayang, ditemani artis cantik seperti Angelina Jolie di bawah bendera Keadilan Ilahi dan keluarga Sang Nabi Yang Suci.

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.